JAKARTA (HK) – Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengingatkan pemerintah lakukan antisipasi terhadap kenaikan harga gandum, akibat imbas invasi Rusia ke Ukraina, Selasa (1/3).
Menurutnya hal ini berkemungkinan besar terjadi, mengingat gandum yang menjadi bahan baku makanan olahan.
Apalagi selama ini, rantai pasok gandum kebanyakan berasal dari Rusia dan Ukraina.
Pemerintah juga diharapkan dapat menyiapkan rencana cadangan bila antisipasi kenaikan harga tidak berjalan.
Baca juga: Rahmat Effendi Diduga KPK Potong Anggaran Kelurahan
“Efek dari kelangkaan gandum atau terganggunya rantai pasok gandum dari Rusia dan Ukraina bisa membuat produsen meneruskan kenaikan harga gandum kepada konsumen. Artinya mi instan dan roti, itu harganya akan lebih mahal,” kata Bhima.
Bhima melanjutkan, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu mencari alternatif pemasok gandum yang berasal dari negara lain. Seperti Australia, Amerika Serikat, dan Tiongkok.
Lalu, Indonesia dinilai perlu menandatangani kontrak jangka panjang untuk memastikan pasokan dan harga gandum tetap stabil.
“Peran pemerintah dan Bulog penting untuk membantu dan memfasilitasi importir guna mencari negara-negara yang siap untuk memasok gandum. Kemendag juga diharapkan memfasilitasi importir gandum untuk mengamankan harga,” imbuhnya.