JAKARTA (HK) – Seperti yang diketahui bersama bahwa, BSI merupakan gabungan dari tiga Bank BUMN Syari’ah, yakni PT BRI Syari’ah Tbk, PT Bank Mandiri Syari’ah, dan PT BNI Syari’ah.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI) perlahan keluar dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Rencana ini merupakan cara Kementerian BUMN untuk memperluas pangsa pasar global BSI. Bahkan, BSI menargetkan menjadi 10 besar Bank Syariah dunia pada tahun 2025.
Meski kedua Bank itu mundur, pemegang saham pengendali (PSP) tetap dimiliki PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Saat ini BSI sedang mencari investor strategis. Jika ada investor strategis, posisi pemegang saham yang ada, yaitu. BRI dan BNI, akan diganti. Sementara itu, investor pengganti BSI masih digerakkan.
Menurut rangkuman informasi RTI sebagai aplikasi yang dirancang untuk membantu para investor saham dalam mencari analisa mengenai pasar atau saham yang akan dituju, holding BSI terdiri dari Bank Mandiri yang akan menjadi 51, 47% atau menjadi PSP, kemudian BNI 23,24%, BRI 15,38%, publik 9,91% dan Pemerintah juga memegang saham Seri A Dwiwarna dari Perseroan.
Dibandingkan dengan keadaan Mei 2022, kepemilikan BNI dan BRI justru turun dari sebelumnya masing-masing 24,85% dan 17,25%. Pada saat yang sama, saham Bank Mandiri dan publik meningkat masing-masing sebesar 50,83% dan 7,08%.
Hal ini turut dibenarkan oleh Erick Thohir selaku Menteri BUMN yang menyampaikan saat acara BSI Global Islamic Finance Summit di Jakarta, Rabu 15 Februari 2023, dari pemegang saham pengendali Bank Mandiri saat ini tetap menjadi pengendali selamanya dan ada yang strategis atau investor. BRI, BNI pelan-pelan akan keluar dari BSI, ia melihat ada peluang pasar dalam hal ini.