Menu

Mode Gelap
Kapolresta Tanjungpinang Kombes Pol Hamam Wahyudi Pimpin Sertijab Kabag SDM dan Kapolsek KKP Sri Bintan Pura Kejari Batam Tangkap Buronan Pidana Pencurian Longsor di Tiban Koperasi, 5 Rumah Roboh 2 Orang Meninggal Ratusan Warga Tanjungpinang Diungsikan Akibat Hujan Deras Gorong-Gorong Ambruk di Simpang Kota Piring Serahkan DPA, Ansar Imbau Kepala OPD Tingkatkan Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi

LINGGA

Kota Daik Bunda Tanah Melayu Akan Dijadikan Kota Wisata Budaya dan Religi

badge-check


					Bupati Lingga M. Nizar terus melakukan diskusi dengan Dinas terkait untuk menjadikan Kota Daik menjadi Kota Wisata Budaya dan Religi. Perbesar

Bupati Lingga M. Nizar terus melakukan diskusi dengan Dinas terkait untuk menjadikan Kota Daik menjadi Kota Wisata Budaya dan Religi.

LINGGA (HK) – Pemkab Lingga terus membuat perencanaan penataan Kota Daik, Bunda Tanah Melayu, sebagai Kota Wisata Budaya dan Religi. Hal ini dibuktikan dari sejumlah diskusi yang dilakukan oleh Bupati Lingga, Muhammad Nizar dengan beberapa dinas terkait dan para tokoh masyarakat, bahkan awak media, Kamis (20/1).

Terhadap Pemerintahan Nizar-Neko ini, memang tengah berupaya dalam peningkatan kapasitas pembangunan. Baik itu dari segi ekonomi kemasyarakatan, pembangunan infrastruktur, bahkan kepariwisataan, dengan cara melakukan pertemuan dengan kementerian di pusat.

“Pergerakan masif yang telah dilakukan Bupati Lingga, bersama dengan dinas-dinas terkait berupaya menjemput pembangunan, mulai menemui sejumlah Kementerian di Jakarta hingga pada program hibah Millennium Challenge Compact (MCC), yang merupakan program dari Pemerintah Amerika Serikat dari Bapennas RI,” ungkap Muhammad Nizar, Kamis (20/1).

Di tingkat daerah, Nizar juga tak lepas tangan, dengan menggelar sejumlah diskusi-diskusi singkat, Fokus Grup Discussion (FGD) dengan dinas terkait bahkan tokoh-tokoh dari masyarakat, seperti rencana penataan Lapangan Hangtuah yang bakal disegerakan tahun ini.

Pemerintah daerah juga sedang menyusun rencana pembangunan trotoar jalan di Kota Daik, mulai dari simpang dealer hingga menuju ke Lapangan Hangtuah, yang diharapkan DED-nya selesai pada APBD-P tahun ini. Begitu juga dengan konsep Daik Bandar Madani serta anjungan kabupaten/kota se-Kepri di Kota Daik.

Peningkatan pembangunan tersebut tentunya tidak lepas dari keinginan Daik menjadi pusat pariwisata religi dan budaya dengan beberapa desa di sekitarnya, yakni Desa Mepar dan Desa Panggak Darat.

Dasar pemikiran itu diambil karena Daik merupakan pusat tamadun melayu, sejak era kesultanan Mahmud Riayat Syah III, dan telah diakui sebagai Bunda Tanah Melayu oleh negara-negara Melayu Serumpun, sejak tahun 1991 lalu.

“Wisata sejarah dan wisata religi, Kabupaten Lingga cukup lengkap. Dan kita memang harus fokus ke situ. Seiring dengan program-program Dinas Pariwisata yang telah tersusun. Itu bisa berjalan beriringan. Namun, rencana ini memang harus kita keroyok. Agar kita benar-benar siap menjadi daerah pariwisata,” jelas Nizar pada diskusi singkat yang digelar bersama Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Kecamatan Lingga dan Lembaga Adat Melayu (LAM), serta PKK Kabupaten Lingga, tadi siang.

Dia mengajak dinas-dinas bersangkutan, untuk berinovasi dengan kerjasama yang baik, dan tepat pada waktunya, Daik, Mepar dan Pangggak Darat menjadi tempat Wisata Budaya dan Religi. Rencana tersebut tentu menuntut dukungan dan peran serta masyarakat.

Dari sini, dia menekankan kepada Dinas Pariwisata, Kecamatan Lingga, bahkan peran PKK Kabupaten Lingga untuk dapat memberikan sosialisasi atau bahkan pelatihan-pelatihan sadar wisata kepada masyarakat, baik itu di Daik sendiri, bahkan di desa-desa bersangkutan.

“Karena kita fokus di kecamatan Lingga ini, tentu perlu keterlibatan masyarakat. Ini yang harus kita persiapkan, baik itu dalam memberikan sosialisasi atau pelatihan-pelatihan. Memang masyarakat yang bersangkutan harus siap, misal dalam menyediakan homestay. Maka dari itu, perlu dilakukan gerakan bersama dalam waktu waktu tertentu,” jelas dia.

Penataan ini dimaksud sebagai langkah dini, dalam persiapan menjadikan wilayah Kecamatan Lingga sebagai pusat Kota Budaya yang identik dengan wisata Budaya dan Religi. Namun, tidak itu saja, Gunung Daik dan Sepincan bakal menjadi pelengkap, menyuguhkan wisata alam yang menakjubkan.

“Saya yakin dan percaya apabila Malaysia ataupun Singapura sudah dibuka ke Lagoi, sebagaimana janji pemerintah kota Batam, dan Dinas Pariwisata Provinsi. Mungkin akan terjawab setiap bulan itu 500 wisatawan,” papar Nizar.

Sebagaimana diketahui Kota Daik, memang sudah dikenal sebagai pusat pemerintahan sejak tahun 1787, masa berpindahnya pusat kerajaan dari Hulu Riau oleh Sultan Mahmud Riayat Syah III. Tentunya sepeninggal para Sultan Melayu ini banyak meninggalkan bukti, betapa hebatnya tamadun masa dulu di Daik. Budaya melayu yang kental, kearifan lokal, kesenian, keagamaan, pendidikan, dan lainnya. Dengan bukti sejarah yang kaya ini, sehingga diakui dan mendapatkan gelar Bunda Tanah Melayu. (tbn)

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

Hilang Kontak, Nelayan Lingga Ditemukan Terapung di Laut

2 Januari 2025 - 16:00 WIB

Tim gabungan Unit Siaga SAR Lingga saat melakukan evakuasi Rahmin (45), korban nelayan hilang kontak terapung di laut, Kamis (02/01/2025)

Kapolres Lingga Pimpin Pengecekan Senpi Personel untuk Pastikan Kondisi Senjata Baik

23 Desember 2024 - 14:58 WIB

Cuaca Buruk, Nelayan Buku Ketam Cukas Hilang di Laut

20 Desember 2024 - 17:05 WIB

Percepat Pembangunan di Kepri, Anggota DPD RI Perjuangkan Pembentukan UU Kepulauan

20 Desember 2024 - 10:09 WIB

Unjuk Rasa di Kejari Lingga, Himalaya Serahkan Rekaman Video “Bagi-bagi Duit” Pejabat Tinggi Lingga

18 Desember 2024 - 13:44 WIB

Trending di LINGGA