BATAM (HK) – Upaya melestarikan dan memperkenalkan budaya Melayu di Kota Batam telah dilakukan sejak masa Wali Kota pertama.
Salah satu tokoh yang berperan penting adalah almarhum Basri, yang dikenang sebagai pelopor dalam memperjuangkan seni dan budaya Melayu di kota ini.
Abdullah, pengelola seni dan budaya Dendang Melayu di Batam sekaligus anak kedua almarhum Basri, menyampaikan bahwa ayahnya telah memberikan kontribusi besar sejak awal.
“Saya adalah anak kedua dari Basri dari enam saudara. Almarhum Basri telah berjuang memberikan kontribusi perkembangan budaya Melayu di Kota Batam dari awal, jadi saya juga ikut serta waktu itu,” ujarnya, Selasa (24/12/2024).
Seiring perkembangan zaman, upaya melestarikan budaya Melayu dilanjutkan oleh generasi berikutnya, termasuk selama masa kepemimpinan Wali Kota kedua dan seterusnya. Keluarga Basri terus menjaga dan meneruskan warisan budaya tersebut.
Pada tahun 2000, setelah Basri wafat, keluarga mendirikan Sanggar Warisan Pantai Basri. “Kami mendirikan sanggar ini sebagai pewaris dari Pak Basri. Nama beliau kami cantumkan untuk mengenang jasa-jasanya,” tambah Abdullah.
Sanggar tersebut didirikan dengan tujuan melestarikan budaya Melayu dan mengenang perjuangan Basri. Nama “Pantai Basri” dipilih karena tempat tersebut merupakan lokasi bermain keluarga saat Basri masih hidup.
Sebagai anak dari Basri, Abdullah terus memperkenalkan budaya Melayu hingga ke mancanegara. “Saya memperkenalkan dan memajukan budaya Melayu ini supaya dikenal sampai ke Malaysia, Singapura, dan lainnya,” ujarnya.
Dari enam anak almarhum Basri, semuanya memiliki jiwa seni yang kuat. Abdullah menyebut, jika berbicara tentang seni budaya di Kota Batam, nama Basri tidak akan pernah terlepas dari pembahasan.
Warisan budaya Melayu yang diperjuangkan almarhum Basri terus hidup melalui karya seni Dendang Melayu dan sanggar yang dikelola oleh keluarganya. Upaya ini menjadi salah satu bentuk penghormatan terhadap jasa besar almarhum. (ika)