TANJUNGPINANG (HK) ─ Masuknya Injil (Jubelium) agama Kristen ke tanah Simalungun diperingati setiap tahunnya pada bulan 9 dan lebih dikenal dengan sebutan olob-olob.
Sebelum memasuki puncak atau acara tanggal 10 September mendatang, pihak Gereja Kristen Protestan Simalunggun (GKPS) Resort Tanjungpinang yang membawahi 3 jemaat yakni GKPS Sungai Jang, Air Raja dan Bintan Utara (Binut) mengadakan pra olob-olob dengan berbagai perlombaan yang notabene menampilkan budaya Simalunggun, Kamis (17/8/2023) bersempena dengan HUT RI-78.
Berbagai budaya Tradisional Simalungun, seperti makanan dan tari tor-tor menjadi giat utama.
Acara ini pun menjadi ikatan silahturahmi antar GKPS yang berada dalam naungan Resort Tanjungpinang.
Ketua panitia Olob-olob tersebut, Ria Rindu Ukur Tondang menyebutkan dari giat perlombaan tersebut, dapat dilihat bagaimana orang Simalungun di perantauan yang masih mengerti dengan budaya.
Hal itu lantara Simalungun merupakan salah satu etnis yang ada dalam puak/suku Batak yang memiliki keunikan tersendiri.
Salah satunya seperti makanan yang paling tersohor ‘ayam binatur’ (ayam yang diatur).
Menu itu merupakan makanan yang setelah dibakar harus diatur berbentuk seperti ayam yang masih hidup.
Dalam budaya Simalungun, ayam ini sering disajikan pada acara- acara tertentu, termasuk saat pemberangkatan anak merantau atau kuliah ke luar daerah.
Dan tidak kalah mencolok, makanan khas Simalungun lainnya adalah Naisumbah dan Nitak. Proses pembuatan kedua makanan ini tidak kalah ribet dan detil untuk menghasilkan rasa khasnya. Prosesnya pun memerlukan kesabaran dan ketelatenan.
Menurut Ria yang juga anggota DPRD kota Tanjungpinang ini, untuk 3 makanan tersebut dinilai dari tampilan dan yang menjadi poin utama adalah rasa.
“Secara keseluruhan tentunya Rasa ya,” singkatnya usai pengumuman pemenang.
Untuk kompetisi makanan khas Simalungun ini, Pemenang Ayam Binatur dengan nilai 803 jatuh kepada jemaat GKPS Sungai Jang.
Juara 2 dengan nilai 745 pun diraih oleh jemaat GKPS Binut.
Sedangkan jemaat GKPS Air Raja berhasil memenangkan lomba Naisumbah, yang diikuti dengan Binut di posisi kedua dan Sungai Jang sebagai juru kunci.
Sedangkan untuk Nitak kembali dimenangkan oleh jemaat Sungai Jang yang unggul dari 2 peserta lainnya. Untuk 3 makanan tersebut, 2 perlombaan dikuasai jemaat Sungai Jang.
Tari tor-tor terdiri dari 2 sesi, yakni tor-tor kreasi untuk remaja dan tor-tor Aruan Bolon untuk Anak Sekolah Minggu yang menjadi daya tarik dari giat ini.
Untuk tor-tor kreasi tim remaja, dimenangkan oleh Binut dengan nilai 1176 dan berhasil menjadi kampiun. Sedangkan tim remaja sungai Jang raih posisi kedua dengan nilai 1361.
Namun, untuk tor-tor Aruan Bolon, tim Sekolah Minggu Sungai Jang menjadi juara dengan nilai 1289, hal itu pun dinilai mengobati kekalahan tim remaja. Tim sekolah Minggu Binut boleh berpuas hati bisa meraih posisi kedua.
Juri untuk perlombaan ini terdiri dari Pendeta Delpiana Purba, Sth, vikar pendeta Yuli Munte dan Romando Purba.
Menurut salah seorang juri, pendeta Delpiana Irawati purba, Sth, keunggulan dari tor-tor Aruan bolon yang dibawakan tim Sekolah Minggu Sei Jang adakah harmonisasi, kreasi, pakaian, ekpresi para pesertanya.
“Itu adalah bagian yang menjadi keunggulan tim Sungai Jang,” tukasnya.
Sayangnya, jemaat Air Raja tidak ikut serta dalam perlombaan tor- tor tersebut. Secara keseluruhan, jemaat Sungai Jang merajai kompetisi ini. Acara pun berlangsung sukses dan diakhiri dengan doa. (Lanni)