Semenjak boomingnya influencer Indonesia yang saat ini tinggal di Jerman yaitu “Gita Savitri” atau yang akrab disapa dengan “Gitasav” yang memutuskan untuk Childfree.
Berawal dari sebuah komentar yang direspon melalui akun instagram pribadinya bahwa salah satu rahasia awet mudanya meskipun sudah berumur 30 tahun ialah dengan tidak memiliki seorang anak karena bisa tidur selama delapan jam sehari, tidak stress ketika mendengar anak rewel dan ketika keriput punya uang untuk botox.
Atas pernyataannya tersebut, hingga saat ini menuai berbagai macam pro-kontra dikalangan warganet. Termasuk dari berbagai kalangan atau lembaga yang ikut menanggapi fenomena tersebut.
Sebut saja Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin yang menyatakan fungsi pernikahan itu untuk melanjutkan keturunan sehingga manusia harus berkembang biak untuk mengelola bumi sampai batas waktu terakhirnya, sampai khiamat.
Sementara Komisioner Komnas Perempuan yaitu Siti Aminah Tardi menanggapi pernyataan dari Wakil Presiden RI, bahwa sebagai perempuan yang memiliki rahim untuk mengandung dan melahirkan anak, maka perempuan berhak untuk menentukan pilihan dan keputusannya apakah ingin punya anak atau tidak, jika iya berapa, kapan dan jaraknya berapa lama. Hal ini juga harus didiskusikan dan disepakati bersama pasangannya.
Namun apa sih Fenomena Childfree itu?
Istilah childfree terdengar asing bagi sebagian orang, namun praktiknya sudah ada sejak zaman dulu sebagai bagian keputusan banyak perempuan dalam melangsungkan hidupnya.
Childfree sendiri merupakan istilah di mana pasangan suami-istri yang memutuskan untuk tidak ingin memiliki anak setelah menikah.
Menurut dalam buku How to Be Childless: A History and Philosophy of Life Without Children yang ditulis oleh Dr. Rachel Chrastil yang mengatakan bahwa sejak tahun 1500-an banyak penduduk Prancis, Inggris dan Belanda yang menunda pernikahan.
Hingga pada tahun 1800-an, wanita di Amerika dan Eropa Barat tidak ingin menikah dan memiliki anak, mereka mengatakan bahwa dengan tidak memiliki anak dapat bekerja tanpa harus memperjuangkan kesetaraan dan membesarkan anak.
Puncak dari fenomena childfree ini pun terjadi pada tahun 1900-an di mana satu dari lima wanita Amerika yang lahir pada tahun 1885-1915 tidak mempunyai anak. Sehingga fenomena childfree ini muncul menjadi bagian dari budaya barat.
Adapun faktor-fakor yang melatar belakangi fenomena childfree ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi yang merasa dirinya belum cukup mapan dan kesulitan ketika memiliki seorang anak.
Kedua faktor psikologis atau mental akibat kejadian trauma.
Ketiga faktor medis berhubungan dengan keterbatasan fisik atau mengalami masalah pada kondisi fisik dan genetik yang dapat membahayakan tubuh dan anaknya.
Keempat faktor filosofis yaitu pandangan dan cara berpikir seseorang terhadap gaya hidup yang akan dipilihnya.
Tentunya fenomena Childfree ini sebuah pilihan maupun keputusan yang tidak umum dan bertentangan dilakukan khususnya bagi masyarakat di Indonesia yang menganut budaya timur.