Menu

Mode Gelap
Peringati Hari Nusantara, DPC HNSI Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Bergizi Gratis di SDN 004 Genting AWe Hentikan Gugatan Ke MK, Nizar-Novrizal Sah Pemenang Pilkada Lingga 2024 Laksanakan Arahan Presiden, Kepala BP Batam Efisiensikan Anggaran 2025 Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, BP Batam Prioritaskan Pengembangan Kawasan Strategis DKP Kepri – Traveloka dan CARE Indonesia Proteksi Ekosistem Mangrove di Pulau Bintan Melalui Pemberdayaan Kelompok Perempuan Pria Lansia Ditemukan Tewas di Bengkel Alat Berat di Kijang Bintan

OPINI

Si(g)apkah Kepri Bangkitkan Pariwisata dengan Travel Bubble?

badge-check


					Si(g)apkah Kepri Bangkitkan Pariwisata dengan Travel Bubble? Perbesar

Istilah travel bubble kini menjadi buah bibir yang terus mendapat sorotan. Di tengah naiknya kasus Omicron di Indonesia, termasuk di Kepri, travel bubble adalah ide dan rencana yang berhasil diwujudkan untuk kembali pada tatanan kehidupan normal, khususnya di bidang pariwisata.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno dalam sebuah kesempatan mengatakan, kebijakan travel bubble untuk wisatawan asing saat wabah Covid-19 memang tepat sasaran. Menurutnya, kebijakan itu menjadi momentum untuk kebangkitan ekonomi nasional dan merupakan bentuk dari kebijakan pemerintah yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu.

Kita ketahui bersama bahwa Pandemi Covid-19 telah membawa dampak ekonomi yang besar bagi berbagai industri di seluruh dunia, tak terkecuali industri pariwisata. Banyak negara di Eropa dan Asia Pasifik kini sudah mulai bekerja sama untuk membangun kembali perekonomian mereka melalui inisiatif travel bubble.

Dengan diberlakukannya travel bubble, maka negara-negara yang melakukan kerja sama dapat membuka perbatasan mereka kembali, sehingga memungkinkan perjalanan lintas negara dapat berjalan layaknya sebelum pandemi. Tiga negara Baltik, yaitu Estonia, Latvia, dan Lituania menginisiasi sistem perjalanan ini untuk pertama kalinya. Beberapa negara seperti Hongkong dan Taiwan bahkan sudah sukses menjalankan travel bubble dengan beberapa negara yang sudah sukses mengendalikan virus Corona.

Travel bubble adalah pembukaan zona batas lintas negara yang memungkinkan warganya bepergian asal tidak melampaui area yang sudah ditetapkan. Travel bubble merupakan skema perjalanan wisata di mana dua atau lebih negara yang berhasil mengontrol virus corona bersepakat untuk menciptakan sebuah gelembung atau koridor perjalanan. Gelembung ini akan memudahkan penduduk yang tinggal di dalamnya melakukan perjalanan secara bebas, dan menghindari kewajiban karantina mandiri.

Tentu tak semudah itu mengklaim bahwa kita dapat melakukan travel bubble. Kesepakatan travel bubble hanya dilakukan oleh negara-negara yang telah berhasil menekan angka pertumbuhan virus Covid-19. Tentu hal tersebut bukan berarti para pengunjung dapat bebas begitu saja. Ada berbagai ketentuan yang harus diikuti agar tetap waspada dengan adanya risiko penularan virus yang bisa terjadi ketika bepergian.

Kepulauan Riau adalah salah satu provinsi yang siap dan sigap dengan kebijakan travel bubble. Kepri yang memiliki sejumlah aset pariwisata yang sangat menjual sangat cocok dengan kebijakan ini.

Terdapat dua kawasan di Kepulauan Riau yang ditetapkan sebagai akses travel bubble, yaitu, Nongsa Point Marina di Batam, dan Bintan Resorts di Lagoi. Keduanya cocok dengan konsep travel bubble karena memiliki kawasan yang terisolasi dari pemukiman masyarakat umum sehingga tidak menimbulkan kerugian tambahan yang disebabkan ‘kebebasan’ tambahan saat travel bubble dilaksanakan.

Kepri tentu saja sudah sangat siap dengan hal ini. Berbagai syarat utama untuk travel bubble sudah dipenuhi dengan baik. Misalnya, kasus Covid-19 yang menurun, program vaksinasi di Kepri yang saat ini sudah mencapai 85%, dan destinasi wisata yang sudah menerapkan konsep CHSE yang terdiri dari Cleanliness (Kebersihan), Healthiness (Kesehatan), Safeties (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

Di samping itu, kesiapan area destinasi wisata dan industri pun sudah digesa dan dimaksimalkan. Kesiapan tersebut meliputi ketersediaan fasilitas testing, tracing, perawatan, aturan penggunaan masker, ruang untuk menjaga jarak, penyiapan thermal gun, hand sanitizer, ruang isolasi, dan lain sebagainya.

Kesiapan dan kesigapan Kepri bukan hanya pada tataran teknis tapi juga menyasar hal inti. Program vaksinasi booster pun telah disiapkan untuk pelaku pariwisata.

Di Lagoi sendiri, vaksin booster diberikan kepada 1000 orang pelaku wisata, sementara di Nongsa diberikan kepada 500 orang. Pemberian booster ini tentu untuk memberikan rasa aman dan nyaman, bukan hanya bagi pengelola wisata tapi juga untuk pengunjung yang nanti tiba.

Dibukanya program travel bubble di tengah pandemi memang memiliki tantangan tersendiri. Kita bisa berkaca pada Inggris tahun lalu yang telah menetapkan koridor perjalanan dengan sejumlah negara Eropa setelah gelombang pertama di Eropa dinyatakan menurun.

Saat kasus meningkat lagi, maka karantina wajib pun kembali diberlakukan. Inggris kemudian mengenalkan sistem ‘lampu lalu lintas’ untuk perjalanan internasional di mana negara-negara dikelompokkan menjadi zona ‘merah’, ‘kuning’ atau ‘hijau’ tergantung pada vaksinasi, tingkat infeksi, prevalensi varian yang menjadi perhatian dan akses negara. Wisatawan yang berangkat dari destinasi hijau masih perlu mengikuti tes pra-keberangkatan dan tes PCR sebelum kedatangan mereka di Inggris, namun mereka tidak perlu dikarantina.

Banyak tantangan menanti dengan pemberlakuan travel bubble ini. Komunikasi mengenai peraturan dan petunjuk keamanan di antara negara yang berada di dalam bubble yang harus disampaikan secara jelas.

Negara harus memberikan jaminan agar wisatawan dari destination partners percaya diri untuk mengambil resiko melakukan perjalanan ke luar negeri. Keluarnya Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Pelaku Perjalanan Luar Negeri Mekanisme Travel bubble.

Di Kawasan Batam, Bintan, dengan Singapura Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), menjadi salah satu upaya pemerintah merespon dengan cepat hadirnya travel bubble. Selain itu, dukungan pemerintah provinsi juga hadir dengan terbitnya SK Gubernur Kepri nomor 201 tahun 2022 tentang Kawasan pariwisata dalam skema travel bubble di Batam dan Bintan, Kepri.

Meningkatnya tren kasus Covid juga menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah harus segera mengambil tindakan jika setelah program ini dijalankan mulai bermunculan kluster baru penyebaran virus. Artinya, travel bubble hanya menjadi jembatan sementara di masa peralihan ke masa normal dalam rangka menaikkan pariwisata Kepulauan Riau.

Semoga pembukaan travel bubble dapat segera menghidupkan kembali industri pariwisata yang sempat lesu. Bukan hanya tentang pariwisatanya, tapi juga geliat UMKM, penyerapan lapangan kerja, dan tentunya peningkatan ekonomi secara signifikan. Meski kondisi masih pandemi, optimisme tetap harus terpancang. Demi Kepri, demi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Baca Lainnya

MAHASISWA DAN PILKADA: Peran, Tantangan, dan Harapan

22 November 2024 - 11:23 WIB

PARADOKS STANDARISASI PENDIDIKAN PNS: ANTARA IDEALISME DAN REALITAS DAERAH 3T

15 November 2024 - 10:34 WIB

RESEP HIDUP BAHAGIA

15 November 2024 - 10:30 WIB

Maju Bersama Indonesia Raya

29 Oktober 2024 - 12:06 WIB

Bermata Tapi Tak Melihat

29 Oktober 2024 - 11:58 WIB

Trending di BATAM