BINTAN (HK) – Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau (Kepri), Dr. Muhammad Faisal, M.Ag., turut mendampingi Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) PPIH Arab Saudi, Prof. Dr. Ismail Fahmi, M.A dalam rapat koordinasi strategis menjelang fase puncak ibadah haji (Armuzna: Arafah, Muzdalifah, dan Mina) di Kota Makkah pada Senin, (26/5).

Rapat ini difokuskan untuk menyusun langkah-langkah taktis guna memastikan kelancaran, keselamatan, dan kenyamanan jemaah haji Indonesia dalam menjalani prosesi ibadah di titik krusial pelaksanaan haji.

Dalam arahannya, Prof. Dr. Ismail Fahmi menekankan bahwa fase Armuzna merupakan puncak ibadah haji dengan potensi risiko tinggi, baik dari sisi kesehatan, logistik, maupun manajemen jemaah. Oleh karena itu, seluruh petugas Monev diminta untuk meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dengan sektor, Daker, PPIH Arab Saudi, dan petugas kloter. Komunikasi intensif menjadi kunci untuk mitigasi risiko secara efektif di lapangan.

Rapat juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap skema pergerakan jamaah dari hotel di Makkah menuju Arafah. Ditekankan bahwa seluruh petugas wajib memastikan bahwa jadwal pemberangkatan berjalan sesuai rencana. Deteksi dini terhadap potensi kendala seperti penundaan, perubahan rute, atau hambatan transportasi menjadi bagian integral dari sistem monitoring yang adaptif.

Selain aspek logistik dan teknis, perhatian besar juga diberikan pada kesiapan fisik jamaah, khususnya mereka yang masuk dalam kategori risiko tinggi (risti). Monitoring intensif terhadap kondisi kesehatan jamaah harus diperketat. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebugaran tubuh, memperbanyak istirahat, serta menjaga asupan cairan menjelang pelaksanaan wukuf juga menjadi bagian penting dari intervensi preventif di lapangan.

Dr. Muhammad Faisal, M.Ag., menyampaikan bahwa keterlibatannya dalam proses koordinasi ini merupakan bagian dari komitmen moral dalam mendukung suksesnya penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.

“Pelaksanaan haji bukan hanya dimensi ibadah, tetapi juga manajemen pelayanan berskala besar yang membutuhkan ketepatan koordinasi dan kepekaan terhadap kondisi lapangan. Kami hadir untuk memastikan bahwa seluruh aspek berjalan maksimal,” tegas Dr. Faisal.

Melalui koordinasi lintas tim ini, diharapkan seluruh rangkaian Armuzna dapat berlangsung dengan tertib, aman, dan sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan jemaah yang berkeadilan dan berkualitas. (r/eza)

Share.
Leave A Reply