KARTU Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) adalah program bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu dalam memenuhi biaya pendidikan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, telah muncul masalah yang signifikan terkait dengan penyaluran bantuan ini. Salah satu masalah yang paling sering ditemukan adalah adanya penerima KIP Kuliah yang tidak tepat sasaran, sehingga bantuan ini tidak mencapai tujuan yang seharusnya membantu mahasiswa yang kurang mampu. Orang tuanya yang berpenghasilan rendah sehingga tidak ada anak yang putus kuliah atau tidak kuliah karena ekonomi orang tuanya tidak mencukupi.
Masalah ini tidak hanya terbatas pada beberapa individu yang tidak berhak menerima bantuan, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas dalam sistem pendidikan.
Dengan adanya penerima yang tidak tepat sasaran, maka seharusnya mereka yang mendapatkan bantuan ini tidak mendapatkannya, seperti mahasiswa yang memiliki keterbatasan ekonomi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan kesempatan yang diberikan kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Dalam beberapa kasus, penerima KIP Kuliah yang tidak tepat sasaran menggunakan bantuan ini untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan, seperti elektronik mahal atau perjalanan yang tidak berhubungan dengan pendidikan.
Hal ini tidak hanya menyalahi tujuan dari program KIP Kuliah, tetapi juga menunjukkan bahwa sistem seleksi yang digunakan tidak efektif dalam memastikan bahwa bantuan ini diterima oleh mereka yang seharusnya membutuhkan. Penerima bantuan KIP Kuliah yang salah sasaran tentunya terjadi bukan tanpa sebab. Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan target penerima program ini kurang tepat.
Penyebab utamanya ialah proses seleksi yang kurang optimal. Meskipun proses seleksi sudah berbasis pada sistem, tetapi data-data yang diinput oleh calon peserta dapat dimanipulasi bahkan peserta menggunakan data yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Seperti penghasilan orangtua, dapat dengan mudah direkayasa oleh sebagian calon peserta dengan membuat data palsu seolah-olah kondisi mereka kurang memadai. Bisa juga dengan membuat dokumen pendukung seperti (surat keterangan tidak mampu) yang dibuat di kantor desa dengan bantuan orang dalam. Oleh karena itu, proses seleksi bantuan KIP Kuliah bisa dinilai kurang optimal karena masih terdapat target penerima yang salah sasaran.
KIP kuliah seharusnya membantu mahasiswa yang kurang mampu, seperti orang tua nya yang berpenghasilan rendah atau sudah tidak bekerja. sehingga tidak ada anak yang putus kuliah atau tidak melanjutkan ke jenjang kuliah karena keterbatasan ekonomi yang tidak mencukupi.
Di sisi lain banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja demi bisa melanjutkan perkuliahannya, karena tidak menerima bantuan dari pemerintah, maka karena inilah statement bantuan KIP salah sasaran Akhirnya mulai disuarakan, seharusnya seleksi bantuan KIP kuliah harus diseleksi secara ketat dan tegas, supaya tidak ada terjadinya bantuan KIP yang salah sasaran lagi. Untuk mengatasi masalah ini, seharusnya pemerintah dan perguruan tinggi perlu melakukan perubahan pada sistem seleksi dan pengawasan yang lebih ketat.
Selain itu, perlu juga survey langsung untuk memastikan bahwa bantuan ini diterima oleh mereka yang memang membutuhkan. kerana ini dapat merugikan mereka yang ingin mengejar cita-cita tapi keterbatasan ekonomi. dengan demikian, KIP Kuliah dapat menjadi program yang lebih efektif dalam membantu mahasiswa yang kurang mampu dan memenuhi tujuan pendidikan yang lebih baik. Serta perlu dilakukan perbaikan dan penyesuaian dalam implementasi bantuan KIP agar bantuan ini dapat mencapai sasaran yang sebenarnya dan membantu siswa-siswi yang berada di bawah garis kemiskinan.***
Penulis : Syahrif Kurniadi, Adrian Saputra, Zeti Kurniati, Serli
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji