Menu

Mode Gelap
Serahkan DPA, Roby Pesan Pengguna Anggaran Jangan Korupsi Gubernur Ansar Ajukan Diskresi Penataan Tenaga Non-ASN dalam Rakor Bersama Mendagri Saksi Tiwan Mengaku Tidak Tahu Pengoperan Hak Tanah ke Terdakwa Uul Tragis, Tiga Wanita Bawah Umur di Bintan Jadi Korban TPPO Ka Rutan Tanjungpinang Sambangi Langsung Kamar Warga Binaan Hari Jadi ke-241 Perkuat Persatuan dan Komitmen Pembangunan Tanjungpinang

BERITA TERKINI

Esther Purwari Mengubah Cara Industri Berpakaian dengan Zero Waste Fashion

badge-check


					Esther Purwari Menyulap Sampah Menjadi Gaya dengan Zero Waste Fashion. Foto: LPP RRI Perbesar

Esther Purwari Menyulap Sampah Menjadi Gaya dengan Zero Waste Fashion. Foto: LPP RRI

SURABAYA (HK) — Dengan keahlian jahitnya, Esther Purwari dari Nina Sibori memperkenalkan dunia fashion berbahan baku daun-daunan.

Proyek ini dimulai dari Sibori pewarna alam, dan Esther mengembangkan konsepnya dengan teknik ecoprint, yang tetap mengandalkan pewarna alami. Misi utamanya adalah mengurangi sampah tekstil yang sulit terurai.

“Jadi awalnya dua tahun saat pandemi saya mengembangkan fashion menggunakan bahan pewarna alam jadi dengan memanfaatkan limbah daun-daun yang sudah dibuang seperti daun jarak wulung, tabebuya dan daun kenikir bahkan hingga semak-semak dan lain-lain,” ujarnya seperti yang dilansir oleh RRI.co.id pada Senin (18/9/023).

Hasil karyanya telah dipamerkan di Surabaya Kriya Galeri (SKG Merr), Siola, PKK Kota Surabaya, serta beberapa pameran lainnya. Koleksinya mencakup sepatu, topi, pasmina, syal, dan berbagai produk lainnya.

Esther juga tidak ragu untuk bereksperimen dengan bahan pewarna alami, seperti daun ketapang, hasil dari perantingan petugas taman.

“Saya itu kadang minta petugas yang potong-potong ada namanya daun Ketapang itu saya minta saya eksperimen lalu saya tetesi zat namanya Tunjung kalau bereaksi warnanya jadi hitam maka dapat digunakan pewarna,” tambahnya.

Hingga saat ini, Esther mengatakan bahwa ia belum mengalami banyak kendala karena bahan-bahan yang digunakannya mudah didapatkan, bahkan ia sudah mulai menanam beberapa sendiri untuk menghemat sumber daya.

Dalam hal pemasaran, ia tidak menemui kesulitan berarti karena selalu mengikuti tren terkini yang diminati oleh berbagai kalangan, termasuk anak muda. Harga produk-produknya juga terjangkau, berkisar antara 100 ribu hingga satu juta rupiah.

“Saya rasa zero waste fashion harus mulai digerakkan karena limbah terbesar adalah sisa-sisa kain yang sulit terurai jadi dengan cara-cara ecoprint dan pewarna alam maka dapat meminimalkan pencemaran lingkungan,” tutupnya.

Baca Lainnya

Serahkan DPA, Roby Pesan Pengguna Anggaran Jangan Korupsi

8 Januari 2025 - 20:55 WIB

Bupati Bintan Roby Kurniawan menyerahkan DPA kepada Kepala Dishub Bintan Insan Amin

Gubernur Ansar Ajukan Diskresi Penataan Tenaga Non-ASN dalam Rakor Bersama Mendagri

8 Januari 2025 - 20:45 WIB

Gubernur Kepri bersama Mendagri saat Virtual zoom dalam penataan tenaga non-ASN, Rabu (8/1)

Saksi Tiwan Mengaku Tidak Tahu Pengoperan Hak Tanah ke Terdakwa Uul

8 Januari 2025 - 20:32 WIB

Saksi Tiwan saat berikan keterangan dalam sidang perkara dugaan kasus pidana penipuan dan penggelapan oleh terdakwa Maulana Rifai alias Uul, berupa penjualan lahan milik saksi Hj. Ciah Sutarsih dan H. Ramli (alm) seluas 8 hektar, berlangsung di Pengadilan Negeri (PN) Tanjungpinang, Rabu (08/01/2025).

Tragis, Tiga Wanita Bawah Umur di Bintan Jadi Korban TPPO

8 Januari 2025 - 14:31 WIB

Tim penyidik Unit Reskrim Polsek Bintan Timur saat memeriksa dua pelaku dugaan pedagang anak di bawah umur, usai penangkapan, Rabu (08/01/2025)

Siswa SDN 008 Sagulung Diminta untuk Implementasikan Program “7 Kebiasaan Menuju Anak Indonesia Hebat”

6 Januari 2025 - 18:14 WIB

Trending di BATAM