HULU SUNGAI TENGAH (HK) — Dekati musim hujan dan potensi bahaya banjir, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, melaksanakan normalisasi pada dua sungai utama, yaitu Sungai Barabai dan Sungai Batang Alai.
“Mitigasi bencana banjir jelang musim penghujan kita lakukan dengan normalisasi di kawasan hilir Sungai Barabai dan Sungai Batang Alai menggunakan exavator amphibi. Pekerjaannya tengah berlangsung,” ujar Sekretaris Daerah Hulu Sungai Tengah, Ahmad Yani, Senin (13/11/2023).
Pemkab Hulu Sungai Tengah juga melakukan pemetaan wilayah rawan bencana hidrometeorologi dan menggalakkan sosialisasi kewaspadaan bencana.
“Kita juga mendorong percepatan penyelesaian pembangunan Kolam Regulasi dan rencana pembangunan bendungan Pancar Hanau di kaki Pegunungan Meratus,” kata Ahmad Yani.
Pembangunan kolam regulasi, proyek pengendali banjir Barabai yang dibiayai oleh Kementerian PUPR sebesar Rp280 miliar, telah dimulai pada tahun 2021 di lahan seluas 60 hektare. Diharapkan proyek ini akan selesai pada tahun 2024.
Kepala BPBD Hulu Sungai Tengah, Ahmad Apandi, menyampaikan bahwa puluhan desa yang tersebar di 11 kecamatan di wilayahnya masuk kategori rawan bencana hidrometeorologi, terutama banjir.
Kesebelas kecamatan tersebut meliputi Labuan Amas Selatan, Labuan Amas Utara, Hantakan, Haruyan, Pandawan, Barabai, Batu Benawa, Batang Alai Timur (BAT), Batang Alai Selatan (BAS), Batang Alai Utara (BAU), dan Limpasu.
Kabupaten Hulu Sungai Tengah termasuk dalam daerah yang rawan bencana hidrometeorologi setiap tahunnya di Kalimantan Selatan.
Pada banjir besar tahun 2021, sebagian besar wilayah kabupaten ini hampir tenggelam, mengakibatkan puluhan ribu jiwa warga terdampak dan sembilan orang tewas akibat banjir.
Banjir tersebut, yang dianggap sebagai yang terparah dalam sejarah, merugikan ekonomi masyarakat dan merintangi jalannya pemerintahan daerah.
Sumber: Media Indonesia