JAKARTA (HK) – Survei LSI Denny JA mengungkap alasan turunnya elektabilitas bakal capres Anies Baswedan usai mendeklarasikan diri bersama Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai bacawapres.
Direktur LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan penurunan elektabilitas Anies tersebut diakibatkan oleh dua faktor.
Kedua faktor tersebut yakni kritik yang dilontarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Anies usai memilih Cak Imin sebagai bacawapres dan elektabilitas Cak Imin yang cenderung rendah dibanding AHY.
“Kritik-kritik keras ini yang kemudian beredar luas sehingga ini juga yang mengganggu elektabilitasnya Pak Anies,” kata Adjie dalam pemaparannya, Senin (2/10/2023).
“Kedua adalah kalau kita lihat secara personal memang Cak Imin ini kalah populer dibanding AHY sebagai cawapres,” imbuhnya.
Diketahui, berdasarkan survei LSI Denny JA, elektabilitas Anies menurun sebesar 5,2 persen pada September ini.
Anies kini disebut memiliki elektabilitas sebesar 14,5 persen dari 19,7 persen pada bulan Agustus.
Turunnya elektabilitas Anies itu berbanding terbalik dengan elektabilitas Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo yang mengalami kenaikan pada bulan September.
Elektabilitas Prabowo naik sebesar 3,6 persen menjadi 39,8 persen di bulan September dari 36,2 persen di bulan Agustus.
Sementara itu, elektabilitas Ganjar naik sebesar 2,1 persen menjadi 37,9 persen di bulan September dari 35,8 persen di bulan Agustus.
Survei ini melibatkan 1.200 responden dengan metode multi-stage random sampling dan teknik pengumpulan data melalui wawancara tatap muka serta menggunakan kuesioner.
Survei dilakukan pada tanggal 4 hingga 12 September dengan margin of error sebesar lebih kurang 2,9 persen.
Sementara, hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebut banyak pemilih Anies Baswedan di Jawa Timur (Jatim) yang iman politiknya masih lemah.
“Di Jawa Timur pemilih Anies Baswedan dari 14 persen [total suara], 41,8 persen itu mengaku sangat atau cukup besar kemungkinannya untuk mengubah pilihan. Pendukung Anies masuk dalam kategori pemilih yang iman politiknya masih lemah,” tutur Burhanuddin Muhtadi, Peneliti Utama Indikator dalam sebuah acara daring, Minggu (1/10/2023).
Burhanuddin Muhtadi menjelaskan mereka yang mengatakan kecil kemungkinannya untuk mengubah pilihan dalam survei itu disebut dengan pemilih kuat atau strong voters.
Sementara mereka yang mengaku masih mungkin mengubah pilihannya disebut dengan swing voters atau weak voters, atau pemilih lemah.
Burhanuddin mengatakan hal tersebut menjadi pekerjaan rumah buat Anies. Pasalnya, dengan perolehan suara 14 persen yang masih cukup tertinggal, Anies juga memiliki pendukung yang termasuk dalam ‘kategori pemilih yang iman politiknya masih lemah’.
Sumber: CNN Indonesia