BATAM (HK) — Di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut seperti ketegangan geopolitik yang menyebabkan terganggunya supply cham, serta divergensi pertumbuhan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terus menunjukkan ketahanan dan prospek yang baik.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kepri pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,9 sampai 5,7 dan akan terus meningkat pada kisaran 5,196 sampai 5,946 pada tahun 2024.
Sementara itu, inflasi gabungan 2 kota di Kepri pada tahun 2023 diprakirakan berada pada rentang sasaran 3,0+/-6 dan menurun pada 2024 dalam rentang sasaran 2,5t196.
Pencapaian ini tidak terlepas dari sinergt yang erat dan koordinasi kebyakan seluruh pemangku kepentingan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dengan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang berkontribusi kuat pada terkendalinya inflasi.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri yang diwakili oleh Deputi Perwakilan BI Provinsi Kepri, Adidoyo Prakoso saat pertemuan tahunan Bank Indonesia 2023 di Batam Rabu (29/11/2023).
Disebutkan Adidoyo, perekonomian Indonesia sampai dengan triwulan III 2023, masih menunjukkan kinerja positif, yaitu dapat tumbuh sebesar 4,94 persen (year-on-year).
Kinerja ekonomi yang positif tersebut juga dukuti oleh perekonomian Kepri yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88 persen (year-on-year) pada triwulan III 2023.
Perbaikan kinerja tersebut juga tercermin dari pertumbuhan ekonomi Kepri secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2023 yang tercatat sebesar 5,47 persen (c-to-c), lebih baik dibandingkan penode yang sama tahun 2022 sebesar 4,63 persen (c-to-c) dan tercatat sebagai pertumbuhan ekonomi kumulatif tertinggi di Sumatera.
Pencapaian ini didukung dengan tetap kuatnya pertumbuhan empat lapangan usaha utama di Kepri yaitu Industni Pengolahan, Konstruksi, Pertambangan dan Penggalian serta Perdagangan.
“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan investasi khususnya dalam negeri,” ujarnya.
Dijelaskannya, inflasi global masih tetap tinggi sejalan dengan tingginya tekanan inflasi komoditas energi dan pangan global seiring kebijakan proteksionisme pangan di berbagai negara.
Hal tersebut turut berdampak pada tetap tingginya suku bunga kebyjakan global untuk meredam inflasi yang tinggi. Sementara itu, inflasi domestik masih tetap terkendali dalam kisaran target 304196 sejalan dengan tetap kuatnya bauran kebijakan moneter dan sinergi dengan Pemerintah.
Hingga Oktober 2023, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 2 kota di Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 0,33 persen (mtm) atau sebesar 1,54 persen (year-to-date) dan tercatat sebagai inflasi tahun kalender peringkat ketujuh terendah se-Indonesia.
Dengan demikian, secara tahunan mencatatkan inflasi sebesar 2.464 (yoy) atau masih terkendali berada dalam kisaran target inflasi nasional 3,0+/1 persen.
Inflasi yang terkendali ini tidak terlepas dari program GNPIP Kepri 2023 yang diluncurkan oleh Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, di Kabupaten Lingga pada bulan Maret 2023 lalu dengan tema “Kepri Bersahabat” (Berkolaborasi dalam Stabilisasi Harga dan pasokan bahan pangan antar daerah).
Dengan 7 program unggulan dalam kerangka 4K, yaitu keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan dan komunikasi yang efektif.
“TPID baik di level Provinsi maupun Kabupaten/Kota, satgas pangan, asosiasi, pelaku usaha dan pihak terkait turut berperan aktif dalam mengendalikan inflasi di daerah, khususnya dalam mendukung GNPIP sehingga inflasi bisa terkendah dilevel yang rendah dan stabil,” paparnya. (dam)