LINGGA (HK) — Kawasan percetakan sawah di sekitar Daerah Irigasi (DI) Bukit Langkap yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (KemenPUPR) melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV, kini kondisinya seakan terbengkalai.
Area irigasi seluas 350 hektare yang terletak di Desa Bukit Langkap, Kecamatan Lingga Timur, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau ini dulunya sempat menjadi program yang dibangga-banggakan oleh Pemerintah Kabupaten Lingga dengan sawah atau padinya.
Mengutip lewat Kepripedia.com, kawasan irigasi ini dibangun secara bertahap pada tahun 2018-2019 dan merupakan pekerjaan irigasi pertama yang dilaksanakan BWSS IV Kementerian PUPR.
Tak tanggung-tanggung, anggaran yang digelontorkan dari APBN pada 2018 sebesar Rp 7.674.767.000, dan sekitar Rp10 miliar di tahun 2019.
Jauh sebelum itu, pada 2016 kawasan ini sudah menjadi bagian dari program persawahan di Kabupaten Lingga. Bahkan Menteri Pertanian saat itu, Andi Amran Sulaiman, ikut menyemai bibit padi hingga menyerahkan sejumlah bantuan untuk operasional persawahan pada September 2016.
Dari sejumlah area persawahan di Kabupaten Lingga yang digarap pada masa itu, padi di Bukit Langkap ini tergolong yang dibanggakan karena kelompok tani di sana telah berhasil panen.
Seperti yang digelar secara seremonial panen perdana di tahun 2020 dari 5 varietas unggul dengan total benih yang ditebar sebanyak 12 hektar.
Atau sebelumnya, di tahun 2018 hasil beras dari persawahan ini dilaporkan telah masuk pasaran di Kabupaten Lingga dengan cap ‘Jagung Manis’. Bahkan Bupati Lingga kala itu, Alias Wello meyakini bahwa beras ini lebih baik dari beras Bulog.
Kini Tak banyak lagi yang dapat dibanggakan selain lahan luas tersebut berisi rerumputan. Terlihat pula beberapa hewan ternak (sapi/lembu) menduduki lahan tersebut.
Beras yang sebelumnya menjadi penasaran masyarakat Lingga dari Bukit Langkap ini pun telah hilang dari pasaran. (rangga)