JAKARTA (HK) – Pemerintah terus berupaya untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Salah satunya dengan kembali mengambil alih blok penghasil minyak dan gas (migas) terbesar di Tanah Air dari pengelolaan perusahaan asing.
Upaya mengembalikan blok migas besar ke Indonesia dengan cara tidak memperpanjang masa kontrak yang habis dengan PT Pertamina (Persero).
Setidaknya, selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ada tiga blok migas besar yang kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Sejumlah blok tersebut adalah Blok Mahakam, Blok Rokan, dan terakhir yang kembali ke dalam negeri tahun ini adalah Blok Masela.
Blok migas besar pertama yang berhasil dialihkan Presiden Jokowi ke Indonesia adalah Blok Mahakam.
Pertamina resmi mengelola blok migas ini sejak 1 Januari 2018. Sebelumnya, Blok Mahakam dikelola oleh perusahaan migas asing Total E&P Indonesia dan Inpex Corporation selama 50 tahun.
Perjanjian pengelolaan pertama dilakukan pada 1966 untuk jangka waktu 30 tahun. Kemudian, diperpanjang kembali dengan penandatanganan kontrak pada 1997 dengan jangka waktu 20 tahun sampai akhir 2017.
Blok migas besar kedua yang berhasil kembali ke pangkuan negara adalah Blok Rokan.
Pemerintah resmi mengambil alih Blok Rokan setelah masa kontrak dengan Chevron Pacific Indonesia habis pada Agustus 2021.
Setelah kembali ke Tanah Air, blok migas ini dikelola oleh PT Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan sejak 2021.
Terbaru, blok migas besar yang berhasil kembali ke Indonesia adalah Blok Masela. Pertamina secara resmi mengambil alih blok ini pada Juli 2023.
Pengambilan alih ditandai dengan penandatanganan sale purchase agreement (SPA) terkait hak partisipasi yang digelar dalam acara IPA Convex 2023.
Sebelumnya, Blok Masela dikelola oleh Shell Upstream Overseas Services Ltd. Namun, setelah puluhan tahun dikelola asing akhirnya Indonesia memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak.
Dengan keputusan ini, maka Shell akhirnya melepas 35 persen hak kelolanya di Blok Masela dan diambil alih oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebesar 20 persen dan Petronas Masela sebesar 15 persen.
Sementara, 65 persennya masih dikuasai oleh PT Inpex Masela Limited.
Berdasarkan website Kementerian ESDM, Blok Masela terletak di Laut Arafura, Maluku dan memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km persegi dan berbatasan dengan negara tetangga, Australia.
Sumber: CNN Indonesia