BATAM (HK) — Kepala sekolah SMK Ibnu Sina, Syamsul Bahri, menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini baru diterapkan di SMK Ibnu Sina TP 2023/2024 pada kelas X.
Ia pun menyampaikan tujuan dari Kurikulum Merdeka ini adalah membentuk karakter anak yang baik dan aktif, namun belum sepenuh bisa diterapkan sebab kurikulum ini guru pun masih dalam memahami untuk penerapanya
“Sebenarnya, konsep yang diberikan sudah bagus, tetapi dalam mengimplementasikan perlu waktu sehingga bisa mencapai tujuannya, yaitu membentuk karakter siswa yang kompetitif. Bagaimana guru bisa menerapkannya, sampai saat ini guru masih dibebani dalam administrasi dan perangkat ajar yang masih dalam pemahaman tentang kurikulum merdeka ini. Menurut pendapat saya, seharusnya bukan kurikulumnya yang diganti, tapi bagaimana pemerintah harus fokus dalam membentuk SDM guru yang berkarakter sesuai dengan kompetensinya, bukan sibuk dalam mengotak-atik kurikulum,” ungkapnya pada Rabu (4/10/2023).
Ia juga menjelaskan bahwa para guru harus dituntut mampu memberikan edukasi serta membentuk karakter anak yang baik sesuai dengan P5, namun pemerintah tidak melihat akar permasalahan yang dialami dalam membentuk karakter anak.
“Maka dari itu, pemerintah harus lebih jeli dalam melihat permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan. Konsep dari Kurikulum Merdeka sebenarnya sama degan kurikulum sebelumya. Seharusnya, pemerintah menyiapkan lebih fokus kepada kopetensi guru dalam mengajar sehingga bisa menciptakan siswa-siswi yang berakhlak karimah,” tambahnya.
Ia pun melanjutkan “selama Kurikulum Merdeka Belajar ini telah dicoba diterapkan dibeberapa sekolah secara nasional, tapi masih kita lihat seharusnya hal-hal yang tidak terjadi di lingkungan sekolah masih banyak korban perundungan, tawuran, siswa membunuh guru, siswa membunuh temannya, anak melompat dari gedung, dan masih banyak tindakan kejahatan lain yang dialami di sekolah-sekolah. Dapat dikatakan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ini belum mampu menjawab apa yang kita harapkan dalam mendidik karakter anak.,” tegasnya.
Dan juga dalam kurikulum merdeka ini berupaya semaksimal mukin siswa tidak tinggal kelas. Menurutnya, hal itu merupakan masalah yang cukup besar, karena anak dipaksa untuk naik kelas walaupun tidak kompeten biapun diremedial olh guru lagi
“Saya rasa ini yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini. Seharusnya, titik fokus pemerintah adalah membentuk karakter SDM,”Guru bukan kurikulum ujarnya.
Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan fleksibel diharapkan akan membuat guru fokus pada materi esensial dan peserta didik lebih aktif sesuai dengan minatnya serta ingin mendapatkan siswa-siswi yang membentuk karakter sesuai dengan P5, yaitu pengembangan karakter pelajar untuk dapat hidup dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Namun, sesuai dengan harapan dan kenyataan yang selaras dengan visi sekolah SMK Ibnu Sina, membentuk manusia yang berakhlak mulia kompeten dalam imtak dan imtek.
Hal senada juga disampaikan oleh Sriono, selaku Wakil Kepala Kesiswaan SMK Ibnu Sina, yang mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar ini belum mampu sepenuhnya diterapkan dalam membentuk karakter anak sesuai dengan Pancasila.
“Dulu, guru diminta untuk memegang satu mata pelajaran sehingga guru bisa fokus belajar serta membentuk karakter anak. Sementara dalam program ini, guru dituntut untuk memegang tidak hanya satu mata pelajaran, namun lebih dari dua mata pelajaran. Ini, menurut saya, yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Kasihan bagi yang sudah tua, saya rasa sangat kesulitan dalam melakukan hal ini,” paparnya.
Ia pun berharap pemerintah lebih memprioritaskan SDM yang memiliki ilmu dasar guru sesuai dengan keahliannya dalam pendidikan karena ini salah satu yang bisa membentuk karakter anak.
“Semoga ke depannya sistem pendidikan di negeri kita semakin maju dan program Kurikulum Merdeka Belajar ini bisa menghasilkan anak-anak yang berkualitas dan berkarakter sesuai dengan P5,” sambungnya. (CW02)