NEW YORK (HK) – Kantor Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengungkapkan, dibutuhkan dana sekitar 1,2 miliar dolar AS atau setara Rp 18,67 triliun untuk mendukung operasi kemanusiaan di Jalur Gaza, yang kini tengah dibombardir Israel. OCHA berharap mereka dapat menghimpun dana tersebut dari komunitas internasional.
“Besarnya respons dan kendala operasional ini melampaui apa yang pernah terjadi sebelumnya di wilayah pendudukan Palestina dan konteks lainnya. Respons kemanusiaan yang diperlukan mencakup kesehatan dan gizi, ketahanan pangan, perlindungan, air dan sanitasi, tempat tinggal dan barang-barang non-makanan, pendidikan, bantuan tunai multiguna, logistik, telekomunikasi darurat, dan koordinasi,” kata OCHA, Senin (6/11/2023).
OCHA menekankan biaya 1,2 miliar dolar AS hanya untuk operasi kemanusiaan. “Perkiraan ini tidak mencakup biaya pemulihan awal dan rekonstruksi, yang akan diperkirakan setelah situasi keamanan memungkinkan dilakukannya penilaian yang tepat,” ujarnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk kesekian kalinya kembali menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza. “Bencana yang sedang terjadi membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu,” katanya di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat (AS), Senin kemarin.
Guterres menegaskan, pihak-pihak yang berkonflik, termasuk masyarakat internasional, memiliki tanggung jawab segera dan mendasar, untuk menghentikan penderitaan kolektif tak manusiawi terhadap penduduk Gaza serta memperluas bantuan kemanusiaan ke wilayah itu. “Mimpi buruk di Gaza lebih dari sekedar krisis humaniter. Ini adalah krisis kemanusiaan,” ujarnya.
Merespons kebutuhan dana kemanusiaan yang disampaikan OCHA, Guterres secara meluncurkan permohonan untuk menghimpun dana tersebut. Dia mengatakan, dana tersebut, jika terkumpul, tidak hanya akan disalurkan ke Gaza, tapi juga ke penduduk Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Hingga berita ini ditulis, agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 lalu telah membunuh sedikitnya 10 ribu warga Gaza. Lebih dari 4.100 di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka melampaui 25 ribu orang.
Sumber: Republika