PEKANBARU (HK) – Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Makna demokrasi menjadi sangat penting dan krusial karena Indonesia memiliki multi etnis, agama, bahasa, serta budaya.
Demokrasi menjadi sistem pemerintahan terbaik karena dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Namun Indonesia masih memiliki tantangan dalam berdemokrasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks demokrasi di Indonesia mencapai 75,46 dalam skala global nilai indeks demokrasi Indonesia pada tahun 2021 dengan skor 6,71 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 52 di dunia, lebih rendah dari Malaysia dan Timor Leste.
Untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan, penting bagi suatu bangsa untuk memanfaatkan keberagaman sebagai modal yang memperkuat upaya menuju kemajuan tersebut.
Meski keberagaman merupakan sumber kekuatan, namun dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan jika tidak dikelola dengan baik.
Tantangan dalam keberagaman ini meliputi kesetaraan sosial, diskriminasi, ketegangan antar agama dan antar suku, serta tantangan dengan integrasi budaya masyarakat yang semakin maju.
Untuk menghindari hal tersebut, maka Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI menyelenggarakan forum diskusi tatap muka yang dilaksanakan di Pekanbaru dengan tajuk “Rangkai Kebhinekaan, Gapai Kemajuan” pada Selasa (28/5/2024).
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini Drs. KH Abdur Rahman Qoharuddin selaku Ketua FKUB Provinsi Riau serta Viera Lovienta selaku Putri Indonesia Sumatera Barat 2022 yang sekaligus merupakan Communication Consultant of InaGo Asia Public Affairs.
Acara tersebut dibuka dengan keynote speech dari Dr. Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Dalam sambutannya, Usman mengatakan bahwa keberagaman adalah sumber kekuatan namun juga tidak dapat terlepas dari hal-hal yang justru dapat membawa kemunduran.
“Dalam perbedaan, kita menemukan jalan untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Kebhinekaan merupakan jalan menuju kemajuan yang sejati,” ungkapnya.
Mengutip ungkapan mantan presiden Soekarno, Usman juga mengingatkan kembali bahwa “Negara Indonesia ini bukanlah milik sesuatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik sesuatu adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.”
Menanggapi perihal perbedaan dan keberagaman di Indonesia, Abdur Rahman selaku Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Riau mengemukakan bahwa perbedaan dan keberagaman adalah hal yang lumrah dan dapat dijalin dalam kebersamaan.
“Semakin sering duduk bersama, semakin sering
berkomunikasi dengan lancar, maka dusta diantara kita semakin tidak ada, Insya Allah,” jelasnya.
Abdur Rahman juga mengungkapkan bahwa perbedaan-perbedaan adalah suatu keniscayaan.
“Perbedaan pendapat dan pilihan adalah sesuatu yang lumrah, yang Insya Allah tidak membuat kita berpecah dan berselisih,” katanya.
Viera Lovienta kemudian menanggapi terkait ‘kedewasaan’ masyarakat dalam memandang perbedaan, terutama pada kaum millennial dan Gen Z. Viera mengungkapkan bahwa kaum milenial dan Gen Z cenderung berada di ruang gema, dimana apa yang diyakini atau dipikirkan pasti benar, sehingga tantangannya adalah untuk keluar dari ruang gema tersebut.
“Kedewasaan itu ada dalam sikap kita, bagaimana kita bereaksi terhadap suatu postingan, dan bagaimana kita berkomentar,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa kita perlu belajar mendewasakan diri lagi dalam hal berdemokrasi, terutama di sosial media.
Selanjutnya, bicara mengenai solusi untuk meningkatkan kesadaran dalam kebhinekaan, Abdur Rahman mengungkapkan bahwa kita semua harus lebih sering untuk berbincang santai dan saling mengenal untuk mengikis kesalahpahaman.
Mengutip ungkapan dalam bahasa Arab, beliau mengutip yang artinya “manusia itu cenderung memusuhi ketidaktahuannya”.
Beliau menyarankan semua untuk saling terbuka dan bertoleransi di kehidupan keseharian.
Kemudian Viera membagikan langkah konkrit yang dilakukannya untuk memastikan bahwa konten yang dibagikannya bukan hanya sekedar menghibur namun juga mengedukasi.
Ia mengungkapkan bahwa diperlukan kejujuran dan kesederhanaan juga dalam bersosial media, sehingga akan lebih meningkatkan nilai toleransi bagi para pengguna lainnya.
Dengan adanya kegiatan ini, Kominfo berharap bahwa seluruh elemen masyarakat beserta pemerintah dapat merangkai keberagaman menjadi kekuatan yang menggerakan kemajuan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan berkebangsaan dalam keseharian. (r/eza)