BATAM (HK) – Cahayu, istri seorang nelayan di Tanjung Colem, Barelang, mengungkapkan betapa sulitnya perjuangan mereka untuk mendapatkan minyak, yang menjadi kebutuhan utama agar suaminya bisa melaut.
Di desanya, tidak ada penjual minyak, sehingga ia harus berusaha keras, berlayar jauh hingga ke Tanjung Gertang demi mendapatkan bahan bakar.
“Di Tanjung Colem tidak ada yang jual minyak. Jadi, setiap kali suami mau melaut, saya harus mencari minyak sampai ke Tanjung Gertang. Kalau di sana tidak ada, saya terpaksa mencarinya lebih jauh lagi, sampai ke Jembatan Empat,” ujar Cahayu, Senin (30/9/2024).
Suaminya, yang merupakan tulang punggung keluarga, membutuhkan sekitar 10 liter minyak per hari, dengan harga mencapai Rp 130 ribu.
Namun, penghasilan dari melaut tidak selalu mencukupi. Ikan-ikan seperti dengkis yang mereka tangkap hanya dihargai Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram, membuat penghasilan mereka kerap kali tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau pemerintah peduli, tolong bantu nelayan di sini. Kami butuh alat tangkap yang lebih layak. Banyak nelayan di kampung ini yang masih kekurangan peralatan,” tambah Cahayu.
Setiap hari, suaminya melaut dari pagi hingga malam, mulai pukul 07.00 hingga 22.00, berjuang keras demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Penghasilan dari menangkap ikan berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, tergantung kondisi cuaca dan hasil tangkapan.
Cahayu juga mengungkapkan, jika anak-anak mereka tidak bisa ikut membantu, ia sendiri turun tangan menggantikan, ikut berjuang bersama suaminya di laut untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (cw02)