JAKARTA (HK) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), meluncurkan buku yang berjudul “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran,” di Jakarta, pada Selasa (26/9/2023).
Acara peluncuran buku tersebut pun dihadiri oleh Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Stephen Scott, yang menyatakan komitmen Australia untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
“Pemerintah Australia berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua anak Indonesia memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas,” ujarnya.
Kepala BSKAP, Anindito Aditomo, melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya penurunan hasil belajar peserta didik setelah satu tahun pandemi COVID-19, dengan setara enam bulan untuk literasi dan lima bulan untuk numerasi.
Berbagai inovasi dalam program Merdeka Belajar, termasuk Kurikulum Merdeka, dihadirkan sebagai respons terhadap tantangan tersebut.
Kurikulum ini dikenal lebih fleksibel dan menekankan pada kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi.
Menurut Kepala BSKAP, buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran” merangkum hasil penelitian yang tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga relevan bagi Kemendikbudristek dalam pengambilan kebijakan pendidikan.
“Buku ini istimewa karena menggambarkan dampak pandemi secara jangka panjang serta upaya pemulihannya, sekaligus memvalidasi pentingnya program Merdeka Belajar,” tuturnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kemendikbudristek dan INOVASI selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka berhasil mempercepat pemulihan pembelajaran setara dua bulan pembelajaran.
Ini terjadi karena Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Kurikulum ini juga menekankan pendekatan pembelajaran yang holistik, termasuk asesmen diagnostik, pembelajaran yang disesuaikan, dan penyederhanaan materi dengan fokus pada kemampuan dasar seperti literasi dan numerasi.
Anindito menekankan bahwa transformasi pendidikan memerlukan kerja sama dan waktu dari semua pihak yang bekerja bersama secara sinergis.
Kurikulum Merdeka memberikan ruang inovasi bagi pemerintah daerah dan satuan pendidikan untuk merancang program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lokal.
Lebih lanjut, Kepala BSKAP memberikan contoh tentang penggunaan Rapor Pendidikan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai bentuk kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah.
Selain itu, kerja sama yang baik juga terjalin antara dinas pendidikan/sekolah dengan berbagai pihak, termasuk Taman Baca Masyarakat (TBM), Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), mitra pembangunan, dan sektor swasta.
Pada sesi diskusi bersama Mendikbudristek, Bupati Bulungan, Kalimantan Utara, Syarwani, mengungkapkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya membantu pemulihan pembelajaran tetapi juga mendukung pengembangan sumber daya manusia yang siap berkontribusi dalam pembangunan daerah.
Dengan karakteristik Kurikulum Merdeka, mereka dapat memperkuat kompetensi literasi, numerasi, dan karakter siswa, yang merupakan dasar keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Selanjutnya, Stacia Alessandra Nau, seorang Guru SD Inpres Rata di Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT, menyampaikan dukungannya terhadap penerapan Kurikulum Merdeka sebagai solusi atas kehilangan pembelajaran akibat pandemi.
Ia menekankan bahwa Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada pendidik untuk memilih pembelajaran yang relevan bagi setiap siswa, dan ini telah membantu dalam mengatasi tantangan pembelajaran selama pandemi. (r)