JAKARTA (HK) – Pemerintah bergerak menuju visi Indonesia Emas 2045 agar menjadi lebih sejahtera dan maju pada tahun 2045.
Kepala Ekonom Asia dan Co-head Global Research Asia HSBC Global Research Frederic Neumann mengatakan perkembangan ekonomi terkini memberikan gambaran cerah bagi masa depan Indonesia.
Menurutnya, keterkaitan berbagai faktor termasuk penanaman modal asing (PMA) berkelanjutan, peningkatan daya saing upah yang mendorong investasi China di ASEAN, populasi usia kerja yang kuat, dan populasi masyarakat yang semakin makmur, menciptakan landasan kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia menyebut penanaman modal asing akan terus mengalir ke Asia. ASEAN menjadi titik fokus, dan Indonesia sebagai target utama para investor agar bisa berekspansi di kawasan ini.
Peningkatan investasi China di ASEAN, yang didorong meningkatnya persaingan upah, semakin memperkuat daya tarik kawasan ini bagi para investor.
“Apalagi, Indonesia punya keunggulan yang signifikan dalam jumlah penduduk usia kerja yang besar. Keunggulan tenaga kerja Indonesia menarik bagi bisnis yang ingin melakukan ekspansi,” katanya dalam HSBC Summit 2023 di Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Meningkatnya jumlah populasi dewasa di Indonesia dengan kekayaan lebih dari US$ 250.000 atau kurang lebih Rp 3,9 miliar, menunjukkan adanya pertumbuhan kelas menengah.
Ini menjadi indikasi Indonesia punya basis konsumen yang menguntungkan bagi usaha domestik dan internasional.
Meskipun ada tantangan seperti penurunan surplus perdagangan, realisasi FDI terus meningkat terutama di sektor logam dan peralatan.
Pasar domestik Indonesia yang merupakan yang terbesar di ASEAN, menawarkan peluang pertumbuhan yang signifikan dan dapat meningkat 50 poin (bp) menjadi 5,8% pada tahun 2028 .
Hal ini seiring dengan meningkatnya posisi Indonesia dalam rantai industri logam.
Ia menambahkan untuk mencapai ambisinya, Indonesia harus mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat dengan terus mendorong arus masuk PMA yang tinggi.
Indonesia juga harus memanfaatkan kekuatan transformatif digital, dan mencapainya sembari berkomitmen pada ekonomi berkelanjutan yang rendah karbon.
Dukungan pemerintah dan iklim regulasi secara signifikan telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Langkah-langkah proaktif telah dilakukan untuk menciptakan iklim yang menguntungkan bagi bisnis domestik dan asing.
Menurut Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, pertumbuhan arus masuk PMA mencerminkan daya tarik Indonesia yang semakin meningkat bagi investor global.
Meskipun pertumbuhan arus masuk investasi ke Indonesia mungkin terlihat normal, data HSBC menunjukkan dua tren mendasar yang penting.
Pertama adalah bahwa Indonesia secara “diam-diam” meraih keuntungan besar dalam pangsa pasar PMA global.
Kedua, Indonesia semakin dipilih sebagai tujuan investasi, sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Saat dunia bergerak menuju ekonomi hijau dan berkomitmen pada keberlanjutan, Indonesia telah memulai perjalanan menuju netralitas karbon dengan regulasi untuk mencapai emisi karbon netral pada 2060.
Sumber: DetikFinance