JAKARTA (HK) — Kondisi di Gaza, Palestina, semakin memburuk. Serangan udara terus berlangsung tanpa henti selama lebih dari 24 jam, dari hari Selasa hingga Rabu (1/11/2023).
Situasi semakin memburuk di Gaza setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak seruan internasional untuk memberlakukan “jeda kemanusiaan” demi pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air minum, dan bahan bakar.
Serangan Israel terus berlanjut dengan intensitas yang meningkat, bahkan setelah seruan tersebut.
Israel melancarkan serangan baru yang juga menyasar kamp pengungsi. Dikabarkan bahwa rudal-rudal Israel menghantam kamp pengungsi yang padat penduduk di Gaza Utara, tepatnya di Jabalia.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Richard Hecht, mengonfirmasi kepada CNN International bahwa serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia bertujuan untuk menargetkan “seorang komandan Hamas yang sangat senior di daerah itu”.
“Kami sedang menyelidikinya dan kami akan mengeluarkan lebih banyak data seiring kami mempelajari apa yang terjadi di sana,” katanya.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza melaporkan bahwa lebih dari 50 warga Palestina tewas dalam serangan terbaru tersebut, sementara 150 lainnya mengalami luka-luka akibat konflik ini.
“Keadaannya menjadi semakin buruk, jam demi jam,” tulis laporan koresponden Al-Jazeera.
“Setiap keluarga, memiliki seseorang yang terbunuh dan terluka. Berita tentang orang terbunuh, ini tidak pernah berakhir,” tambahnya media itu lagi.
Saya tidak memiliki akses ke informasi terkini atau laporan langsung tentang peristiwa tersebut.
Namun, situasi yang Anda gambarkan sangat mengkhawatirkan, dengan kerusakan yang luas dan korban jiwa yang signifikan di daerah Jabalia.
Konflik ini jelas telah berdampak besar pada warga sipil dan keluarga pengungsi di wilayah tersebut.
Pada hari yang sama, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan seruan untuk melindungi warga sipil yang terperangkap dalam konflik tersebut.
Ia menekankan pentingnya tindakan yang proporsional dan upaya pencegahan oleh semua pihak terlibat dalam konflik tersebut.
“Hukum humaniter internasional menetapkan aturan jelas yang tidak dapat diabaikan. Ini bukan menu a la carte dan tidak dapat diterapkan secara selektif,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.
Sejak 7 Oktober, lebih dari 8.000 warga Gaza telah kehilangan nyawa akibat serangan Israel. Dilaporkan bahwa lebih dari 2.000 dari korban tewas adalah anak-anak.
Situasi ini menunjukkan dampak yang sangat besar dan tragis terhadap penduduk sipil, terutama anak-anak, di wilayah tersebut.
Sumber: CNBC Indonesia