JAKARTA (HK) – Efek dari ketidakpastian ekonomi global, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penurunan pada perdagangan Selasa (22/10/2024), sejalan dengan meredanya ekspektasi pemangkasan lebih besar terhadap suku bunga acuan di Amerika Serikat.
Awal perdagangan mencatat rupiah terdepresiasi 59 poin atau 0,38 persen, menjadi Rp15.563 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di level Rp15.504.
Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa indeks dolar AS pagi ini mendekati 104, lebih tinggi dibandingkan dengan pergerakan sebelumnya di kisaran 103,40-an.
“Kekuatan dolar AS yang berlanjut dapat menekan nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Dua pejabat bank sentral AS, Neil Kashkari dan Jeffrey Schmid, menyampaikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan lebih dalam.
Hal ini mengurangi harapan pasar terhadap langkah agresif dalam kebijakan moneter, yang berimbas pada penguatan dolar AS.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Iran, turut memberikan dukungan bagi dolar.
Di sisi lain, kabinet baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
Sebagian besar menteri berasal dari pemerintahan sebelumnya, yang menciptakan kesan keberlanjutan dan stabilitas di kalangan pelaku pasar.
Ariston memperkirakan potensi pelemahan rupiah dapat berlanjut menuju level Rp15.550 per dolar AS, dengan dukungan di sekitar Rp15.430.
Sumber: Antaranews