TANJUNGPINANG (HK) – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyampaikan hasil transaksi pada pameran dan bazar dalam acara Dekra Fest 2023 pada 2-4 November mencapai Rp116 juta.
“Jumlah transaksi ini berpotensi terus bertambah hingga pukul 24.00 Wib,” kata Ketua Dekranasda Kepri, Dewi Kumalasari pada malam penutupan Dekraf Fest 2023 di Gedung Daerah, Tanjungpinang, Sabtu (4/11/2023) malam.
Dewi menyebut Dekra Fest tahun ini menampilkan berbagai macam hiburan serta pameran bazar dari 45 stan UMKM, meliputi kuliner, kerajinan tangan, pakaian, dan batik yang merupakan bagian dari budaya Melayu di Kepri.
Penyelenggaaran Dekra Fest 2023 mengangkat tema Kemilau Wastra yang bertujuan mengangkat berbagai kekayaan alam dan karakter khas tujuh kabupaten/kota se-Kepri dalam bentuk wastra yang otentik.
Wastra yang bermakna kain tradisional sarat akan makna budaya nusantara tersebut dijadikan sebagai sumber insipirasi dan basis ekonomi bagi penggiat UMKM di Kepri untuk menghadapi tantangan pasar lokal maupun internasional.
Dalam acara tersebut, Dekranasda Kepri secara resmi juga meluncurkan wastra yang diberi namaya Kumalayoe.
“Semoga Kumalayoe menjadi ikon baru dalam berbagai khzanah wastra Kepri serta dapat membudaya di kalangan masyarakat lokal maupun global,” ucap Dewi.
Dewi turut mengapresiasi masyarakat Kepri, khususnya di Tanjungpinang yang telah meramaikan agenda tahunan Dekra Fest di Gedung Daerah.
Ia mengharapkan seluruh rangkaian Dekra Fest 2023 bisa memberikan manfaat positif bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga Kepri.
“Namun demikian, masih ada banyak hal yang harus dibenahi agar ke depan penyelenggaraan acara Dekra Fest bisa lebih baik,” katanya pula.
Sementara, Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, memuji Dekranasda yang telah berdedikasi tinggi sekaligus turut andil melestarikan resam adat budaya Melayu dengan mengintegrasikan aktivitas ekonomi kerakyatan melalui pembinaan dan pendampingan UMKM, IKM, usaha ekonomi produktif serta ekonomi kreatif terhadap penguatan budaya di Kepri.
Ia optimistis pelestarian wastra atau kain-kain tradisional asal Kepri semakin dilirik hingga menjadi bagian industri fashion dunia. Sebut saja seperti batik khas Kepri, ikat songket, tenun dan tanjak (topi khas Melayu).
Lalu ada pula kebaya labuh yang telah diusulkan jadi warisan budaya takbenda (WTB) UNESCO dan tudung manto yang ditetapkan sebagai WTB oleh Kemendikbud RI di tahun 2017.
“Seluruh produk itu telah disesuaikan dengan perkembangan zaman, tanpa mengurangi esensi dari filosofi budayanya,” ujar Ansar.
Sumber: Antara News Kepri