Menu

Mode Gelap
“Obashi” Program Unggulan SDN 007 Batu Aji untuk Kembangkan Bakat Siswa SDN 006 Batu Aji Sekolah Negeri Andalan Warga SMPN 38 Batam Komitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan Natuna Lemah Lunglai Menunggu Transefer Dana Lebih Bayar dan Kurang Bayar DBH HAKIM Perintahkan HAI SENG Bayar Uang Ganti Rugi Secara Tunai ke ARBAIN, Sidang PUTUSAN Gugatan Perdata Jual Beli Lahan Pabrik di Jalan Rawa Sari Tanjungpinang Polres Natuna Amankan Seorang Pria Diduga Pembunuh Janda Beranak 3 di Ranai

BERITA TERKINI

Desa Tembeling Lakukan Pencegahan Penyakit Kaki Gajah

badge-check


					Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Tembeling melakukan pemeriksaan kepad warga mencegah penyakit kaki gajah, Kamis (10/11) Perbesar

Tenaga Kesehatan UPTD Puskesmas Tembeling melakukan pemeriksaan kepad warga mencegah penyakit kaki gajah, Kamis (10/11)

BINTAN (HK) – Tidak seindah namanya Filariasis atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit kaki gajah masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, khususnya Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.

Karena baik anak-anak maupun dewasa, pria maupun wanita, semua bisa tertular penyakit kaki gajah. Kepala unit pelaksana teknis daerah (UPTD), Puskesmas Tembeling, dr Erlina menjelaskan, penyakit kaki gajah disebabkan oleh tiga spesies cacing Filaria. Diantaranya yaitu, jenis Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk sebagai vektornya.

“Berbeda dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau malaria yang hanya ditularkan oleh satu jenis nyamuk tertentu, penyakit kaki gajah dapat ditularkan oleh semua jenis nyamuk baik genus Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres,” ungkapnya, Kamis (10/11)

Penyakit kaki gajah ini lanjut dia, ditularkan saat seekor nyamuk menghisap darah seseorang yang mengandung anak cacing Filaria yang disebut mikrofilaria, menjadi parasit di dalam tubuh nyamuk selama lebih kurang dua minggu dan berubah menjadi larva L3, saat nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang lain.

Larva L3 tersebut masuk ke dalam tubuh orang tersebut, tumbuh dan berkembang selama berbulan-bulan menjadi cacing Filaria dewasa di dalam pembuluh dan kelenjar getah bening (kelanja limfa) manusia.

“Berbulan-bulan kemudian, cacing filaria dewasa mampu menghasilkan cacing-cacing kecil mikrofilaria yang beredar aktif di peredaran darah tepi pada waktu malam hari, namun saat siang hari mikrofilaria berada di kapiler darah organ dalam,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Kepala Desa Tembeling, Samsul Bahari mengatakan, saat ini tidak ada lagi warganya yang terinfeksi atau terkena penyakit kaki gajah, selain dua warganya yang terkena penyakit kaki gajah tersebut.

Ia juga menyampaikan kepada warga Desa Tembeling agar selalu peduli sesama untuk menjaga kebersihan.

“Dengan program peduli kaki gajah dari Puskesmas Tembeling ini semoga ke depannya tidak ada lagi warga yang terjangkit penyakit kaki gajah,” imbuhnya. (cw06)

Baca Lainnya

“Obashi” Program Unggulan SDN 007 Batu Aji untuk Kembangkan Bakat Siswa

10 Januari 2025 - 18:22 WIB

SDN 006 Batu Aji Sekolah Negeri Andalan Warga

10 Januari 2025 - 18:10 WIB

SMPN 38 Batam Komitmen Tingkatkan Kualitas Pendidikan

10 Januari 2025 - 18:02 WIB

Natuna Lemah Lunglai Menunggu Transefer Dana Lebih Bayar dan Kurang Bayar DBH

10 Januari 2025 - 17:52 WIB

HAKIM Perintahkan HAI SENG Bayar Uang Ganti Rugi Secara Tunai ke ARBAIN, Sidang PUTUSAN Gugatan Perdata Jual Beli Lahan Pabrik di Jalan Rawa Sari Tanjungpinang

10 Januari 2025 - 17:48 WIB

Kondisi Sebagian Bangunan Pabrik Busana di Jalan Rawa Sari Kota Tanjungpinang, Milik ARBAIN yang menjadi Sengketa dengan Hai Seng yang saat ini cukup memprihatinkan akibat lama tidak beraktivitas
Trending di BERITA TERKINI