NATUNA (HK) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), kini memberikan pendidikan dasar tentang seks kepada para pelajar sekolah dasar (SD), mulai tahun ini.
Hal itu meliputi mengenalkan bagian tubuh dan fungsinya, pemahaman perbedaan jenis kelamin, nilai nilai dan norma yang berkaitan dengan gender, serta pemahaman tentang batasan laki-laki dengan perempuan.
Kepala Bidang (Kabid), Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Natuna, Yuli Ramadhanita mengatakan bahwa, kegiatan tersebut guna memberikan pengetahuan dasar supaya tidak salah paham dan penasaran.
“Kegitan ini rutin dilakukan mulai tahun ini. Besok (Kamis 21/11), kita akan ke Sedanau (Kecamatan Bunguran Barat), untuk memberikan pengetahuan tentang seks dasar supaya tidak salah paham,” ucap Yuli Ramadhanita.
Diterangkannya, pendidikan dasar tentang seks yang diberikan, meliputi mengenalkan bagian tubuh dan fungsinya, pemahaman perbedaan jenis kelamin, nilai dan norma yang berkaitan dengan gender, pemahaman tentang batasan laki-laki dan perempuan.
Kemudian, imbuhnya, pemahaman cara berperilaku terhadap bagian tubuh dan lingkungan sosial, pemahaman kepemilikan anggota tubuh, dan pemahaman sentuhan yang pantas, serta pemahaman terkait cara melarikan diri, dan melaporkan, apabila mendapat perlakuan tidak menyenangkan.
“Ini sebuah pembekalan bagi anak anak agar lebih mawasdiri. Tidak semua materi tentang itu, materinya juga kita ganti-ganti ada juga terkait stop bullying,” ujar Kabid DP3AP2KB Natuna.
Ia pun menegaskan, pendidikan seks bukan berarti mengajarkan anak-anak tentang cara berhubungan seksual, namun mengenalkan batas hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain, dan hal lainnya agar anak tidak menjadi korban pelecehan.
Bahkan menurut Yuli, pendidikan seks sejak dini perlu dilakukan, sebab dalam pertemuan pihaknya menemukan adanya pelajar yang pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.
“Anak-anak rentan mendapatkan pelecehan seksual dan di salah satu pertemuan ada anak perempuan SD curhat pernah mendapatkan sentuhan yang tidak menyenangkan dari orang dewasa,” ungkapnya.
Selain kepada pelajar SD, kata Yuli, pihaknya juga memberikan edukasi terkait cara menciptakan pengasuhan positif di sekolah kepada pendidik dan tenaga kependidikan. “Jadi konsepnya setiap kami ke sekolah atau ke desa, maka kami akan membagi beberapa tim,” ucapnya.
Yuli menerangkan perlindungan anak harus dilakukan secara bersama, mulai oleh keluarga, lingkungan rumah, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Oleh karenanya ia berharap semua pihak menjalankan perannya dalam menciptakan generasi emas di 2045.
Masyarakat, kata dia, bisa membantu membatasi ruang gerak anak dan pelaku-pelaku pelecehan melakukan aksi melanggar hukum, sedangkan sekolah bisa memberikan edukasi terkait moral dan cara berperilaku yang baik, sedangkan pemerintah membuat kebijakan.
Kemudian, lanjut Yuli, untuk orang tua bisa memberikan perhatian lebih dan memberikan aturan yang membuat anak menjadi lebih banyak melakukan aktivitas yang positif. “Kita harap masyarakat dan seluruh elemen peduli terhadap tumbuh kembang anak terutama orang tua,” tukas Kabid DP3AP2KB Natuna. (red)