TANJUNGPINANG (HK) – Warga Kelurahan Dompak, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), merasa kecewa dan meminta agar pemerintah secepatnya mencarikan solusi terkait daerahnya yang setiap tahunnya dilanda banjir.
“Selama ini kami hanya diberi harapan palsu saja, jangan nanti sudah ada korban baru semuanya sibuk,” sebut Eroni warga RT 03, RW 03, Kelurahan Dompak kepada harianhaluankepri pada Jumat (5/1/2024).
Lanjut Eroni, kalau ini dibiarkan terus dan tidak ada solusinya oleh pemerintah, masyarakat akan terus merasa dihantui oleh banjir tersebut setiap tahunnya. Bukan hanya itu, tidak akan menutup kemungkinan akan ada korban nantinya, semisal banjir itu datang dimalam hari.
“Kerugian setiap tahunnya itu pastI dirasakan masyarakat. Kemaren saja, waktu banjir 2021 bebek saya 400 ekor mati semua, namun tidak ada ganti ruginya dari pemerintah hanya diberikan harapan saja,” ujarnya.
Eroni menyebutkan, dengan kondisi itu ia berharap agar secepatnya pemerintah mengatasi masalah banjir ini. Namun, kalau pemerintah tetap tidak peduli maka masyarakat yang akan mengerjakan sendiri dengan menyewa alat berat dan membongkar jalan lintas provinsi itu, untuk memperlebar gorong-gorongnya.
“Kalau tidak dikerjakan pemerintah, masyarakat yang akan kerjakan sendiri. Nanti kami akan patungan untuk biaya sewa alat berat. Sebab kondisi ini sudah lama sekali kami alami,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Jupriadi warga Dompak, banjir ini terjadi sejak lima tahun terakhir disetiap tahunnya, apalagi
sudah masuk musim penghujan.
“Pada 2021 lalu itu yang parahnya, banjir sampai ketinggian dua meter, dan kami harus mengungsi selama tiga hari, sebab air susutnya itu lama,” ungkapnya.
Ia mengakui, terkait banjir itu pihak pemerintah memang sudah pernah meninjau lokasi. Namun, hanya sekedar foto-foto, setelah itu tidak ada tindaklanjutnya.
“Bahkan mereka menyampaikan, bahwa terkait gorong-gorong ini beradanya di jalan Nasional bukan pemkot, tapi apakah mereka tidak bisa menyampaikan ke pemerintah di atas mereka,” ungkapnya.
Jupriadi mengatakan, pihaknya ingin pemerintah bisa membuat jembatan di tempat pembuangan air tersebut, bukan gorong-gorong kecil, sehingga air tidak bisa mengalir lancar.
“Ibaratnya begini, kita menyedot air dalam drum pakai pipet kecil, tentu airnya lama keringnya, sekarang ini sama dengan itu,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua RT setempat, Aizat menyampaikan, yang terdampak banjir itu ada 100 Kartu Keluarga (KK), dan banjir itu rutin terjadi setiap tahunnya kalau daerah tersebut sudah dilanda hujan seharian.
“Setiap bulan Desember, biasanya itu musim penghujan di saat itulah banjir melanda daerah ini. Saya sudah sering sampaikan keluhan masyarakat ini kepihak kelurahan dan kecamatan, namun belum ada tanggapan,” katanya.
Dikatakan Aizat, pihak dari dinas PU, kecamatan dan kelurahan memang sudah pernah datang ke lokasi, namun itu hanya sekedar melakukan pemantauan, dan melihat penyebab terjadinya banjir tersebut.
“Penyebab banjir itu, karena pembuangan air atau gorong-gorong kecil, sehingga tidak bisa mengalirkan air ke laut yang datang lebih besar. Mungkin kalau di buat lebih besar, banjir ini tidak akan terjadi lagi,” katanya. (Per)