SINGAPURA (HK) – Saat melakukan perjalanan bersama keluarganya ke Singapura, Jumat (1/9/2023), anggota DPRD Provinsi Kepri Ir. Wirya Putra Sar Silalahi melontarkan pertanyaan, mungkinkah Batam mampu menggaet 3 juta wisatawan mancanegara?
“Why not? Kenapa tidak? Toh Batam memiliki aneka potensi untuk itu,” tanyanya.
Apalagi, sebelum Covid 19 mendera, Batam menempati urutan 3 besar dalam menggaet wisman. Tahun 2019, dari total wisman di Indonesia 16,11 juta orang, urutan pertama adalah Provinsi Bali, dengan 6,275 juta (40%) wisman, kedua Provinsi DKI Jakarta, dengan 2,498 juta (15,5%) wisman dan ketiga Kota Batam, dengan 1,947 juta (12%) wisman.
“Walaupun Batam tidak semenarik Yogyakarta dalam hal kekayaan ragam budaya, dan tak seindah Danau Toba di Sumatera Utara dalam hal pemandangan alam, tetapi Batam terbukti mampu mendatangkan lebih banyak wisman di banding Yogya dan Sumatera Utara,” ungkap Wirya Putra Sar Silalahi.
Tetapi, pada 2020 dan 2021, wisman di Batam turun drastis, anjlok, karena dihantam Covid-19. Barulah pada 2022 pariwisata di Batam mulai menggeliat saat corona mereda. Pada tahun 2022, wisman ke Batam telah mencapai 565 ribu orang. Walaupun dunia pariwisata belum benar-benar pulih, tapi sudah mulai bergeliat.
“Kita harapkan dalam kurun waktu dua tahun ini, wisman ke Batam sudah dapat menyamai angka di tahun 2019 lalu, atau mencapai 1,9 juta wisman. Tapi, bagaimana caranya?,” tanya Penasehat IA ITB Kepri itu.
Dunia pariwisata Batam pasti bisa kembali masa sebelum Covid-19, tapi ada syaratnya. Yaitu, stakeholder pariwisata di Batam harus menyadari kekuatan utama dunia pariwisata Batam. Letak geografi jadi kekuatan utama tersebut.
“Apa yang menyebabkan Batam lebih unggul dan mampu mendatangkan wisatawan lebih daripada Yogyakarta maupun Sumatera Utara? Karena letak Batam yang dekat dengan Singapura dan Malaysia. Wisman dari kedua negara ini mempunyai kontribusi sekitar 72% atau sekitar 1,4 juta dari total wisman ke Batam. Artinya 1,4 juta wisman dari Singapore dan Malaysia, sedang dari negara lain sebesar 600 ribu wisman, pada tahun 2019,” papar anggota DPRD Provinsi Kepri dari NasDem itu.
Pertanyaan selanjutnya, ungkap Wirya, mungkinkah kita mendatangkan 2,4 juta wisman dari Singapore dan Malaysia?
Orang Singapore dan Malaysia (Johor) datang ke Batam, karena weekend. Mereka datang ke Batam, karena ingin menghilangkan kepenatan rutinitas sehari-hari di negara mereka. Jadi, Batam itu ibarat ‘Puncak’ bagi warga Jakarta. Apalagi konsumsi dan akomodasi di Batam masih lebih murah dibanding negara mereka.
“Inilah kata kunci pariwisata Batam, wisata weekend, bukan wisata budaya atau keindahan alam. Bila kita tahu wisata Batam itu wisata weekend, maka berbeda penanganan wisatanya,” tegas alumni ITB itu lagi.
Destinasi weekend itu, lanjut Wirya, mereka ingin rileks, melepas kepenatan sehari-hari di Singapore atau Johor, contoh lapangan golf, restoran seafood, tempat refleksi, hiburan malam dan sebagainya. Destinasi seperti itulah yang harus diperbanyak di Batam. Selanjutnya mungkin, kemudahan untuk berkunjung ke Batam.
“Mungkin bisa dibuat semacan aplikasi di Singapore dan Malaysia, yang mempermudah warga mereka memesan tiket ferry, hotel dan taksi di Batam. Warga Singapore atau Malaysia cukup memesan dari smartphone atau internet. Dibuatkan suatu software aplikasi yang sangat mudah, sehingga gampang saja mereka memesan dari HP-nya atau internet,” ungkap Wirya.
Jadi, bila mereka sudah gampang memesan tiket ferry ke Batam, memesan hotel di batam, dan memesan taxi atau taxi online. Akan membuat lompatan besar mendatangkan mereka ke Batam.
Bila satu persen saja penduduk Singapore dan Malysia yang berweekend ke Batam. Maka jumlah penduduk Singapore yang 5,5 juta jiwa dan Johor 500 ribu jiwa, maka akan ada sekitar 60 ribu orang yang akan berweekend ke Batam tiap minggu, atau setahun 3 juta wisman. Artinya, setiap tahun akan ada 3,6 juta wisman ke Batam.
“Sekali lagi, ini potensi dan sangat memungkinkan untuk dicapai, bukan sesuatu yang tidak mungkin. Memang tidak mudah mendapatkannya. Maka, langkah pertama, ubah dulu mindset para stakeholder parawisata di Batam menjadi wisata weekend,” tegasnya.
Bila kita sadar akan hal ini, tentunya Pemko Batam dan Badan Pengusahaan (BP) Batam akan fokus membuat destinasi wisata, untuk orang berakhir pekan di Batam.
Kedua, permudah cara orang Singapore dan Malaysia datang ke Indonesia. Buat aplikasi software seperti Traveloka, yg bisa membuat orang bisa memesan ferry, hotel dan taxi, dari smart handphone. Pemko Batam atau BP Batam bisa menyewa konsultan untuk membuat aplikasi ini.
Ketiga, benahi transportasi di Batam. Baik taxi biasa maupun taxi online. Karena taxi online, sudah menjadi alat transportasi gampang dan murah di seluruh penjuru dunia. Tidak terkecuali di Indonesia dan Batam. Mungkin Walikota dan Kepala BP Batam yang saat ini sudah satu orang, bisa dengan mudah menjalankanya.
“Bayangkan kalau ada tiga juta wisman di Batam, sesuai pengamatan BP Batam selama ini, rata-rata wisman di Batam menghabiskan US$ 300 per wisman. Maka Kota Batam akan menghasilkan 3 juta x US$ 300 = US $ 900 juta atau Rp 13,5 triliun per tahun atau empat kali APBD Kota Batam. Suatu jumlah yang cukup signifikan, bukan.”
Sumber: J5Newsroom