JAKARTA (HK) – Tiga negara ASEAN mendorong Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara untuk menjadi pusat ekonomi hijau di ASEAN. Hal ini terungkap di ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Indonesia bersama ASEAN-BAC Brunei Darussalam pada pertemuan Borneo Business Roundtable (BBR) di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (5/9/2023).
Adapun pertemuan Meja Bundar Bisnis Borneo ini mempertemukan para pemangku kepentingan 3 negara ASEAN yang berada di Borneo atau Pulau Kalimantan, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam untuk mendiskusikan langkah-langkah konkrit meningkatkan perdagangan intra-Kalimantan, menarik Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment/FDI), dan rencana penyelenggaraan Borneo Business Summit di Pontianak, Kalimantan Barat, pada bulan November mendatang.
“Diskusi hari ini akan membahas topik-topik penting, memberikan wawasan tentang Nusantara, ibu kota baru Indonesia yang visioner, yang akan diresmikan pada tahun 2024, dan membayangkan kemungkinan ibu kota ini bagi negara tetangga dan komunitas bisnis kita,” ungkap Ketua ASEAN-BAC 2023, Arsjad Rasjid dalam keterangan tertulis, Rabu (6/9/2023).
Arsjad menjelaskan gugus tugas kolaboratif yang terdiri dari perwakilan mitra BEC akan dibentuk untuk meningkatkan kolaborasi dengan tujuan yang koheren dan selaras dalam membentuk pulau yang dinamis.
Hal ini menjadi episentrum Ekonomi Hijau di ASEAN, yang dibangun berdasarkan tujuan pembangunan berkelanjutan bersama untuk kesejahteraan. Masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, dan kesejahteraan.
Menurutnya, Ibu Kota Nusantara, calon ibu kota Indonesia masa depan akan diresmikan pada 17 Agustus 2024, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-89. Kota baru ini akan dikembangkan sebagai pusat perkotaan yang inklusif, hijau dan berkelanjutan, dengan lebih dari 75% wilayah administratifnya tetap hijau.
“Untuk itu, pertemuan Borneo Business Roundtable akan menjajaki peluang-peluang yang timbul dari pemindahan ibu kota Indonesia ke Ibu Kota Nusantara bagi negara tetangga dan dunia usaha, menuju terbentuknya Green Economic Hub di ASEAN,” kata Arsjad.
Lebih lanjut, Arsjad mengungkapkan Kalimantan adalah pulau terbesar di Asia dan terbesar ke-3 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 24 juta jiwa di 3 negara yang mendiami Kalimantan, terdapat potensi yang signifikan untuk meningkatkan perdagangan di Brunei Darussalam, Kalimantan, Labuan, Sabah, dan Sarawak.
Tujuan utama BEC adalah untuk memajukan Sentralitas ASEAN Indonesia dan melanjutkan proyek-proyek prioritas dan warisan ASEAN Indonesia Tahun 2023 di tingkat sub-regional, termasuk Transformasi Digital, Pembangunan Berkelanjutan, dan Fasilitasi Perdagangan dan Investasi, pemanfaatan teknologi digital, dan bidang lainnya.
Adapun pendaftaran minat untuk DagangBorneo, sebuah inisiatif unggulan BEC, telah diumumkan per hari ini (6/9/2023). Proyek ini berfungsi sebagai platform pasar digital kooperatif bagi dunia usaha, investor, profesional digital, dan pemerintah Kalimantan.
Tujuannya adalah untuk mempromosikan fasilitasi perdagangan dan digitalisasi, meningkatkan kompatibilitas sistem konektivitas regional, meningkatkan perdagangan intra-ASEAN, dan memperkuat posisi perdagangan global ASEAN.
“Sebagai pemimpin, CEO, dan pemangku kepentingan, kita harus menciptakan lingkungan pertumbuhan inklusif dan kerja sama tanpa batas. Saya menghargai komitmen Anda terhadap BEC dalam pertemuan meja bundar ini. Diskusi hari ini melampaui aspirasi ekonomi. Kalimantan menjadi pusat kehidupan kita dan warisan yang kita lewati aktif,” jelas Arsjad.
Sumber: Detikcom