TANJUNGPINANG (HK) – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanjungpinang, Riono mengajak, agar masyarakat ikut terlibat dalam mengatasi masalah sampah di daerah itu.
“Sebab, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah kita di Tanjungpinang hanya satu,” sebut Riono kepada harianhaluankepri pada Selasa (2/1/2024).
Lanjut Riono, jadi kalau semua sampah dibuang ke TPA, bisa jadi akan cepat penuh. Sedangkan untuk mendirikan TPA itu persyaratannya banyak, karena tidak semua tempat bisa jadi TPA.
Makanya, agar tidak cepat penuh sampah yang dibuang ke TPA harus dipilih dan pilah juga. Kalau kondisi itu bisa diterapakan, menurutnya dengan 1 TPA itu sudah bisa menampung semua sampah yang ada di Tanjungpinang.
“Untuk itu, sekarang ini kami libatkan masyarakat dalam masalah sampah tersebut, mereka kami bina melalui bank sampah, melalui pilah memilih, dan TPS 3R,” ujarnya.
Kalau itu berjalan maksimal, otomatis volume sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang. Rata-rata perharinya sampah di Tanjungpinang sekitar 90 ton.
“Namun untuk hari tertentu, seperti hari raya bisa 106 ton perharinya. Tapi itu masih sedikit dibanding Kota Batam, karena jumlah penduduk kita tidak banyak hanya sekitar 239 ribu jiwa,” ungkapnya.
Riono menyebutkan, masalah sampah ini, Tanjungpinang punya sistem control lenfil, artinya sampah yang di bawa ke TPA dihamparkan, kemudian dibuat persel dan dilakukan penimbunan agar tidak bauk.
“Sampah ini ditimbun 30 centi meter dengan tanah. Ini seperti kita buat kue lapis, sampah, tanah dan seterusnya,” katanya.
Riono mengatakan, dengan sistem pengelolaan seperti itu, Kota Tanjungpinang pernah dua kali mendapatkan penghargaan pengelolaan sampah terbaik se Sumatera.
“Sudah dua kali kami dapat penghargaan pengelolaan sampah terbaik se Sumatera tersebut,” ujarnya.
Riono menambahkan, untuk petugas sampah sendiri di Kota Tanjungpinang ada 367 orang, jumlah itu sudah masuk di dalamnya, petugas yang menyapu jalan, pengemudi mobil sampah beserta kneknya. (Per).