Menu

Mode Gelap
Peringati Hari Nusantara, DPC HNSI Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Bergizi Gratis di SDN 004 Genting AWe Hentikan Gugatan Ke MK, Nizar-Novrizal Sah Pemenang Pilkada Lingga 2024 Laksanakan Arahan Presiden, Kepala BP Batam Efisiensikan Anggaran 2025 Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, BP Batam Prioritaskan Pengembangan Kawasan Strategis DKP Kepri – Traveloka dan CARE Indonesia Proteksi Ekosistem Mangrove di Pulau Bintan Melalui Pemberdayaan Kelompok Perempuan Pria Lansia Ditemukan Tewas di Bengkel Alat Berat di Kijang Bintan

BERITA TERKINI

Gas Kepri Jadi Andalan Ekspor, Batam Kian Kesulitan Pasokan

badge-check


					Anggota Komisi VII DPR RI Asman Abnur (kanan) saat mengikuti pertemuan Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023). Foto: Istimewa Perbesar

Anggota Komisi VII DPR RI Asman Abnur (kanan) saat mengikuti pertemuan Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023). Foto: Istimewa

BATAM (HK) – Anggota Komisi VII DPR RI Asman Abnur prihatin dengan kondisi gas Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau, yang lebih dominan diekspor ke Singapura. Padahal, posisinya ke Batam notabene hanya berjarak beberapa kilometer saja.

“Kita tahu Batam dan Singapura hanya berjarak sekitar 18 kilo meter. Cuman sayangnya potensi gas kita ini untuk Batam masih sedikit dibanding ke Singapura. Seharusnya, Batam yang harus diutamakan dibanding Singapura. Sehingga kawasan Batam ini bisa menjadi alternatif Singapura untuk berinvestasi,” ujar Asman, saat Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023).

Politisi dari Fraksi PAN ini menjelaskan bahwa sebelumnya ada keinginan dari Singapura untuk berinvestasi di Batam, Indonesia, mengingat keterbatasan infrastruktur di negerinya.

Namun, sayangnya, hal itu tidak jadi direalisasikan alias dibatalkan, karena Indonesia malah “menyediakan” fasilitas yang dibutuhkan Industri Singapura.

Sehingga Industri negara tetangga tersebut kembali bangkit dan tumbuh, tanpa harus berinvestasi di Batam. Padahal, hal tersebut sejatinya merugikan Indonesia.

“Kalau kita perkuat Singapura-nya dengan harga yang murah dan gas yang Natuna masih dengan harga yang lama, mereka tidak akan membuat industrinya di Batam. Itu saja yang membuat saya sangat prihatin,” tambah Politisi Fraksi PAN ini.

Oleh karena itu, menurut legislator dapil Kepulauan Riau ini, sudah saatnya pengambil kebijakan bersikukuh untuk tidak perlu lagi membuat tumbuh Industri di Singapura lewat ekspor gas Indonesia.
Sehingga, Batam bisa merasakan nilai tambahnya. Apalagi, pertumbuhan industri Batam saat ini sekitar 16 persen di atas rata-rata nasional.

Artinya terjadi peningkatan kebutuhan gas dan listrik oleh Industri di Batam, belum lagi peningkatan kebutuhan gas rumah tangga.

“Terkait harga (gas), itu tergantung dari kebijakan pemerintah. Kalau harga di Singapura lebih mahal, ya sudah Kita sesuaikan dengan yang di Batam. Yang terpenting di sini bahan bakunya kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri, dalam hal ini Batam terlebih dahulu,” jelasnya.

“Terlebih lagi, sekitar Kepulauan Riau, Bintan juga memiliki industri, Kawasan Ekonomi Khusus yang butuh support dari gas dan listrik yang cukup tinggi,” pungkasnya. (r)

Baca Lainnya

Peringati Hari Nusantara, DPC HNSI Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Bergizi Gratis di SDN 004 Genting

12 Desember 2024 - 16:00 WIB

Laksanakan Arahan Presiden, Kepala BP Batam Efisiensikan Anggaran 2025

12 Desember 2024 - 14:41 WIB

Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, BP Batam Prioritaskan Pengembangan Kawasan Strategis

12 Desember 2024 - 14:37 WIB

DKP Kepri – Traveloka dan CARE Indonesia Proteksi Ekosistem Mangrove di Pulau Bintan Melalui Pemberdayaan Kelompok Perempuan

12 Desember 2024 - 14:28 WIB

Pasokan Elpiji Dipastikan Lancar Jelang NATARU

12 Desember 2024 - 11:20 WIB

Trending di EKONOMI