TANJUNGPINANG (HK) – Kabar baik bagi para ibu rumah tangga, terutama di Kota Tanjungpinang, harga beberapa jenis cabai di Pasar Tradisional Bintan Center Kota Tanjungpinang akhirnya mengalami penurunan.
Pantauan di Pasar Tradisional Bintan Center, harga cabai merah yang sebelumnya dujual mencapai Rp90 ribu per kilogram, kini turun menjadi Rp88 ribu per kilogram.
Selanjutnya, cabai rawit yang sebelumnya di atas Rp80 ribu per kilogram, kini dijual seharga Rp 70 ribu per kilogram. Cabai hijau keriting, yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 52 ribu per kilogram.
Namun, cabai rawit jenis nano-nano masih bertahan di harga tinggi, yaitu Rp 100 ribu per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp 110 ribu per kilogram.
Seorang pedagang, Aruan, menyampaikan penurunan harga cabai ini terjadi dalam 4 hari terakhir.
Ia menjelaskan bahwa cabai yang dijual berasal dari Batam dan beberapa wilayah Pulau Jawa.
“Baru 4 hari inilah turun,” katanya kemarin.
Menurutnya, penurunan harga ini dipicu oleh turunnya harga pasokan cabai dari distributor.
“Dari sana kita ambil cabai sudah turun,” ujarnya.
Penjabat Wali Kota Tanjungpinang Hasan, mengatakan pihaknya telah melakukan pendataan terhadap distributor dimana Pemko Tanjungpinang akan memberikan subsidi biaya angkut Rp2 ribu per kg hingga akhir tahun 2023.
“Distributor yang ada di Tanjungpinang itu mengambil dari Batam dan ada biaya transportasi dari Batam ke Uban dan ke Tanjungpinang. Itu yang kita bantu,” katanya.
Hasan menerangkan, menurut perhitungan sementara, Pemko Tanjungpinang akan menyiapkan anggaran sekitar Rp100-150 juta setiap bulannya.
Anggaran ini untuk mensubsidi biaya angkut 120-150 koli cabai yang setiap kolinya berisikan 25 kg.
“Cabai merah 40-50 koli, satu koli 25 kilo. Cabai rawit 30-40 koli, yang sedikit cabai nano-nano 10-15 koli,” terangnya.
Hasan juga menjelaskan, Pemko Tanjungpinang bisa saja membeli langsung cabai ke daerah penghasil, namun itu akan merusak mekanisme pasar.
Menurutnya, pemberian subsidi biaya angkut sudah dapat meminimalisir kenaikan harga komoditas cabai di Tanjungpinang.
“Sebenarnya kita boleh ambil ke petani tapi kan itu merusak rantai pasoknya, jatuh harganya. Yang penting pemerintah hadir di masyarakat untuk meminimalisir harga,” pungkasnya. (eza)