PEKANBARU (HK) – Kabut asap tipis diduga hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menyelimuti langit Pekanbaru. Kabut asap ini diduga kiriman dari sejumlah provinsi tetangga, ditambah titik panas di sejumlah kabupaten di Bumi Lancang Kuning.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, titik panas sebagai indikator kebakaran lahan di Riau ada 86.
Terpantau di Kabupaten Indragiri Hulu 65 titik panas. Berikutnya di Kabupaten Indragiri Hilir 12 titik dan Kabupaten Pelalawan 9 titik panas.
Jumlah titik panas di Riau belum ada apa-apanya dibandingkan dengan Provinsi Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung dan Lampung. Di Sumatra Selatan terpantau 2.734 titik panas, Lampung 404 titik, Bangka Belitung 219 dan Jambi 194.
Titik panas juga terpantau di Bengkulu 9 titik, Sumatra Barat 39 titik dan Kepulauan Riau 7 titik. Adapun total titik panas secara keseluruhan di Pulau Sumatra ada 3.692 titik panas indikasi Karhutla.
Menurut analis BMKG Stasiun Metrologi di Pekanbaru, Sanya Gautami, besar kemungkinan kekaburan udara di ibu kota Provinsi Riau merupakan campuran uap air dan partikel kering (asap).
Berdasarkan citra sebaran asap dan titik panas di Riau, Sanya menyebut partikel kering itu berasal dari aktivitas Karhutla di Sumatra bagian selatan.
“Termasuk di beberapa wilayah Riau seperti Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Pelalawan,” jelas Sanya.
Sanya menyebut hasil Karhutla di provinsi tetangga dan sejumlah kabupaten di Riau itu terbawa ke Kota Pekanbaru mengingat arah angin masih didominasi dari selatan hingga barat daya.
“Sehingga mengarah ke wilayah Riau bagian utara termasuk wilayah Kota Pekanbaru,” ujar Sanya.
Sumber: Liputan 6