Menu

Mode Gelap
Peringati Hari Nusantara, DPC HNSI Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Bergizi Gratis di SDN 004 Genting AWe Hentikan Gugatan Ke MK, Nizar-Novrizal Sah Pemenang Pilkada Lingga 2024 Laksanakan Arahan Presiden, Kepala BP Batam Efisiensikan Anggaran 2025 Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, BP Batam Prioritaskan Pengembangan Kawasan Strategis DKP Kepri – Traveloka dan CARE Indonesia Proteksi Ekosistem Mangrove di Pulau Bintan Melalui Pemberdayaan Kelompok Perempuan Pria Lansia Ditemukan Tewas di Bengkel Alat Berat di Kijang Bintan

BERITA TERKINI

UAS Serukan dan Minta Masyarakat Melayu Bersatu, Dukung Warga Rempang Tolak Relokasi

badge-check


					Ustadz Abdul Somad Perbesar

Ustadz Abdul Somad

BATAM (HK) – Ustadz kondang asal Riau, Abdul Somad mendukung dan meminta masyarakat Melayu untuk menolong warga Rempang Galang yang saat ini terancam relokasi, karena rencana pembangunan kawasan Eco City milik Taipan Tomy Winata.

Ustadz Abdul Somad menyampaikan pernyataan dukungannya itu melalui instagramnya@ustadzabdulsomad_official pada Minggu (10/9/2023), Ustadz Abdul Somad (UAS) mengunggah seruan kepada masyarakat Melayu.

Dalam postingannya, UAS secara terbuka menyatakan dukungannya kepada masyarakat Pulau Rempang, Batam.

Bahkan, berbeda dengan postingannya yang lain, dalam potret di status kali ini wajah Ustadz Abdul Somad terlihat masam.

Ustadz Abdul Somad pun menjelaskan posisi sejarah masyarakat Rempang Galang dengan mengutip pernyataan Prof. Dr. Dato’ Abdul Malik, M.Pd, yang mengatakan masyarakat Pulau Rempang merupakan keturunan prajurit kesultanan Riau-Lingga.

Para prajurit itu sudah mendiami Pulau Rempang sejak masa Kesultanan Sulaiman Badrul Alam Syah I sejak tahun 1720.

Selanjutnya, mereka pun ikut berperang bersama Raja Haji Fisabilillah dalam Perang Riau I pada tahun 1782 hingga 1784.

Begitu juga dalam Perang Riau II bersama Sultan Mahmud Riayat Syah pada tahun 1784 hingga 1787.

“Penduduk asli Rempang-Galang dan Bulang adalah keturunan para prajurit Kesultanan Riau-Lingga yang sudah eksis sejak 1720 masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I. Pada Perang Riau I (1782-1784) mereka menjadi prajurit Raja Haji Fisabilillah. Dan, dalam Perang Riau II (1784–1787) mereka prajurit Sultan Mahmud Riayat Syah,” tulis Ustadz Abdul Somad.

“Ketika Sultan Mahmud Riayat Syah berhijrah ke Daik-Lingga pada 1787, Rempang-Galang dan Bulang dijadikan basis pertahanan terbesar Kesultanan Riau-Lingga. Pemimpinnya Engku Muda Muhammad dan Panglima Raman yang ditunjuk oleh Sultan Mahmud,” bebernya.

Kala itu, pasukan Belanda dan Inggris yang sudah menguasai Nusantara tak berani memasuki wilayah Kesultanan Riau-Lingga.

Para prajurit itu disampaikan Ustaz Abdul Somad menjaga Pulau Rempang dan bermukim hingga saat ini.

“Anak-cucu merekalah sekarang yang mendiami Rempang-Galang secara turun-temurun,” ungkap Ustadz Abdul Somad.

“Pada Perang Riau itu nenek-moyang mereka disebut Pasukan Pertikaman Kesultanan. Nukilan itu ada ditulis di dalam Tuhfat al-Nafis karya Raja Ali Haji. Semoga mereka senantiasa dilindungi Allah SWT,” jelasnya.

Dalam statusnya itu, Ustaz Abdul Somad turut mengutip pernyataan Tokoh Masyarakat Melayu Serantau yang tidak disebutkan identitasnya.

Dalam seruan tersebut, Ustadz Abdul Somad meminta masyarakat Melayu untuk membantu masyarakat Pulau Rempang.

“Yang ada jabatan, tolong dengan kuasa. Yang sanggup berteriak, tolong dengan suara,” tulis Ustadz Abdul Somad seperti dikutip Wartakota Live, Senin.

Postingan Ustadz Abdul Somad pun disambut ramai masyarakat. Sebagian besar menyatakan sepakat dan mendukung masyarakat Pulau Rempang. Sebagian lainnya menyoroti kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.

Bantu Warga Rempang, Suku Melayu dari Berbagai Daerah Mulai Berdatangan ke Batam. Konflik yang terjadi di Pulau rempang pada pekan lalu disambut dengan penolakan Masyarakat Melayu.

Sejumlah keturunan Melayu dari berbagai daerah datang ke Kota Batam untuk menunjukkan solidaritas kepada warga Rempang yang dipaksa meninggalkan kampungnya.

Mereka turut menyampaikan protes melalui aksi demonstrasi di depan kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, pada Senin (11/9).

Turut hadir beberapa tokoh masyarakat serta aliansi dan komunitas dari berbagai daerah lain seperti Kalimantan Barat, Lingga, Karimun dan Siak. Demo menolak pengembangan kawasan Rempang di depan Kantor BP Batam ricuh, Senin (11/9).

Sejumlah petugas keamanan dan polisi terluka bahkan jenderal polisi bintang satu. Kaca di Kantor BP Batam juga banyak yang pecah. Masing-masing perwakilan dari berbagai daerah ini menyampaikan orasinya di depan kantor BP Batam.

Bahkan ada sosok dari pelaku kesenian di Batam, yaitu Tarmizi dari Komunitas Rumah Hitam, yang menyampaikan syair panjang melalui pengeras suara.

Sejumlah orator menyatakan, aksi hari ini merupakan aksi damai, dan mengimbau massa untuk tidak melakukan tindakan anarkis dan kekerasan. (r/eza)

Baca Lainnya

Peringati Hari Nusantara, DPC HNSI Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Bergizi Gratis di SDN 004 Genting

12 Desember 2024 - 16:00 WIB

Laksanakan Arahan Presiden, Kepala BP Batam Efisiensikan Anggaran 2025

12 Desember 2024 - 14:41 WIB

Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, BP Batam Prioritaskan Pengembangan Kawasan Strategis

12 Desember 2024 - 14:37 WIB

Hendra Setiawan Bakal “GANTUNG RAKET”usai Indonesia Masters

12 Desember 2024 - 11:09 WIB

Gajah Liar Masuki Wilayah Permukiman Penduduk di Pekanbaru

12 Desember 2024 - 11:07 WIB

Trending di NASIONAL