KARIMUN (HK) – Masyarakat Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mendapat pengetahuan tentang Mitigasi Bencana dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dari Basarnas Karimun.
Kegiatan penyuluhan yang merupakan bagian dari program non Fisik TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-117 Tahun 2023 Kodim 0317/Karimun ini diberikan langsung oleh Rescuer pemula Basarnas Karimun, Bakti, dengan materi Self Rescue dan Sea Survival (penyelamatan diri korban tenggelam dalam air).
Kegiatan diikuti oleh para pelajar tingkat SMP dan SMP, para mahasiwa dari Universitas Karimun, pegawai desa dan kelurahan serta masyarakat Pulau Buru.
Rescuer pemula Basarnas Karimun, Bakti didampingi Kapten Inf Parianto, Pasiter Kodim 0317/TBK selaku koordinator kegiatan TMMD ke-117 TA 2023 Kodim 0317/TBK dalam pemaparannya menyampaikan,
Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengidentifikasi, menyiapkan, dan melakukan penormalan kembali terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana.
Sementara itu, Karhutla adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan atau lahan baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik.
Kebakaran hutan dan lahan pada umumnya terjadi pada musim kemarau, baik di dalam kawasan hutan yang menjadi kewenangan pemerintah maupun pada lahan-lahan milik masyarakat.
“Tujuan dari penyuluhan ini adalah supaya pelajar, mahasiswa dan masyarakat bisa mengetahui dan memahami pentingnya ‘Mitigasi Bencana’ dan ‘Karhutla’ serta penangannya dan bersama-sama untuk mencegahnya. Dan yang tidak kalah pentingnya kita perlu tingkatkan serta kembangkan kepedulian masyarakat, untuk mencegah dan menangani karhutla,” ujar Bakti
Point pentingnya, kata Bakti, adalah bagaimana menumbuhkan semangat kearifan lokal akni bergotong royong dalam melakukan pencegahan tersebut.
“Dahulu tidak banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan karena, masyarakat kita patuh dengan kearifan lokal yang ada. Contoh, ketika membakar ladang dilakukan gotong royong untuk penjagaan. Yang terjadi kearifan seperti ini yang sudah mulai ditinggalkan, sehingga banyak terjadi kebakaran,” ujar Bakti. (hhp)