Belajar Religi, Budaya dan Ekonomi
PALEMBANG (HK) – Rombongan Jalasenastri Ranting H Cabang 7 Rumkital dr Midiyato Suratani Tanjung Pinang (Tpi), melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kota Palembang, baru-baru ini.
Kunker ini dipimpin Ketua Ranting H Cabang 7 Gabungan Jalasenastri Mabesal Ny. Rini Edwin beserta Pengurus Ranting H Cabang 7 GJM, dan Cabang 5 Korcab III DJA 1 Lanal Palembang.
Kunjungan Kerja yang dilaksanakan selama tiga hari tersebut, meliputi kunjungan religi, budaya dan ekonomi, diikuti oleh Perwira Pembina Harian (Pabinhar), Letda Laut (K) Catur Sulistianto, S. Kep, Ners, dan Kasi Organisasi Ny. Ratna Edy, Urusan Organisasi Ny. Fura Afif, Bendahara Ny. Zaima Puji, Sekretaris Ny. Dian Ahmad, Kasi Sosial Ny. Aina Rahmat, Urusan Sosial Ny. Diah joko, Kasi Budaya Ny. Putri Rudi, Urusan Budaya Ny. Yuli Arif dan Kasi Ekonomi Ny. Regina Setyawan, Urusan Ekonomi Herlinda Hamzah.
Kunjungan Religi ke Wisata Al-Qur’an Al-Akbar Gandus.
Tujuan kunker ini terletak di Jalan M. Amin Fauzi, Soak Bujang, Kelurahan 36 Ilir, Kecamatan Gandus, tepatnya berada di Komplek Pondok Pesantren IGM Al Ihsaniyah milik H. Kgs Syofwatillah Mohzaib.
Dipilihnya sebagai tempat kunjungan religi yang berjarak sekitar 15 km dari Jembatan Musi II dan memakan waktu 30-45 menit dari pusat kota Palembang.
Dalam kunker ini, ibu-ibu Jalasenastri berksempatan mlihat Al-Qur’an terbesar di dunia yang terbuat dari kayu tembesu dengan ukuran tinggi mencapai 15 meter, setiap lembar halaman Al Quran berukuran 177cm x 140cm x 2,5 cm.
Untuk kunjungan budaya Pulau Kemaro menjadi pilihan utama, sejarah Pulau Kemaro sudah ada sejak Kerajaan Sriwijaya yang erat kaitannya dengan kisah putri dari Kerajaan Sriwijaya dan putra Kerajaan Tiongkok, Pulau Kemaro yang letaknya di Delta Sungai Musi dimanfaatkan kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu pos penjagaan.
Bahkan Panglima Cheng Ho pun pernah menetap di Pulau tersebut, untuk menumpas perompak laut asal Tiongkok dan pada era Kerajaan Palembang menjadi salah satu Benteng pertahanan yang diberi nama Tambak Bayo berfungsi sebagai gerbang sungai sebelum masuk ke Kraton (pusat) Kota Palembang saat itu.
Apabila Kapal-kapal akan masuk ke pusat kota maka harus melewati dan mendapat ijin dari pos benteng tersebut.
Dalam kunjungan ekonomi Ketua dan Pengurus Ranting H Cabang 7 GJM menyambangi kerajinan Songket Palembang di Rumah Adat Limas dan ke pusat olahan kuliner kerupuk Ikan dan pempek khas Palembang yang berada di Jalan Dempo dan Pasar 16 Ramayana.
Tentunya kunjungan di tempat kerajinan Songket Palembang dapat menambah wawasan seluruh Pengurus Ranting H Cabang 7 GJM tentang kerajinan Songket Palembang yang merupakan asli warisan budaya Nusantara.
Songket ditenun dengan tangan menggunakan benang emas dan perak, benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.
Bahan kain yang umum digunakan dalam pembuatan Songket yakni meliputi sutra, katun, dan katun sutra yang sampai dengan saat ini masih dijaga kelestariannya dikerjakan secara tradisional.
Songket kerap dikaitkan dengan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai asal mula tradisi songket berasal, Songket Palembang tidak hanya sekadar kain pelindung tubuh yang estetis namun memiliki makna adiluhung. Yaitu kemakmuran, kejayaan, dan keberanian.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Ranting H Cabang 7 GJM, Ny. Rini Edwin menyampaikan bahwa kunkungan kerja dari tanggal 9-11 Februari 2023, untuk mempererat tali silaturahmi antara pengurus Jalasenastri.
“Kita berharap kedepan, semoga dengan adanya kegiatan kunjungan kerja ini para pengurus Jalasenastri dapat mengerti, dan mengingat kembali, sejarah masa lalu bangsa Indonesia.
Sehingga dapat belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya tetap dilestarikan ditengah laju perkembangan dunia serta menumbuhkan semangat yang kuat untuk terus memberikan yang terbaik kepada negara dan bangsa,” imbuhnya. (eza)