BATAM (HK) – Tak ada yang tidak mengenal masjid Batam dengan kubah unik yang satu ini. Berbeda dengan masjid-masjid lain yang memiliki kubah dengan bentuk setengah bola, atau cembung, Masjid Agung Batam, yang juga dikenal dengan Masjid Raya Batam, memiliki kubah berbentuk limas yang diiris tiga bagian.
Bentuk kubah ini ternyata tidak sembarang dibuat, tetapi ada makna filosofis di baliknya. Tiga irisan tersebut melambangkan perjalanan manusia mulai dari alam rahim, alam dunia, hingga alam akhirat. Ketika malam, kubah ini menyala dengan lampu-lampu yang kilaunya memberikan kesan klasik dan elegan.
Masjid Agung Batam berlokasi di Batam Center, lebih tepatnya Jalan Engku Putri yang berseberangan dengan alun-alun kota Batam di sebelah utara, membuat letaknya lebih strategis. Masjid Agung Batam juga berlokasi di dekat “Welcome to Batam” yang menjadi salah satu ikon Kota Batam.
Rancangan Masjid Agung Batam disetujui pada tahun 1997, pada tanggal 31 Agustus. Mulai dibangun pada tahun 1999, Masjid Agung Batam rampung pada tahun 2001. Desain Masjid Agung Batam yang unik dirancang oleh arsitek masjid ternama di Indonesia, Achmad Noe’man.
Selain Masjid Agung Batam, Achmad Noe’man juga pernah merancang Masjid Salman ITB, yang juga merupakan salah satu masjid ternama di Indonesia. Masjid Agung Batam awalnya dibangun untuk memenuhi kebutuhan ibadah bagi masyarakat kota Batam. Selain itu, Masjid Agung Batam juga dibangun untuk menjadi ikon wisata religi di Kota Batam.
Masjid Raya Batam pun diharapkan menjadi tempat representatif untuk berkegiatan sesuai dengan syari’at Islam, mulai dari tempat bersyiar, kegiatan sosial, pendidikan, maupun budaya. Dengan bentuknya yang unik, Masjid Agung Batam menjadi salah satu destinasi yang unik untuk dikunjungi selama berada di Batam, khususnya bagi umat muslim. Masjid Agung Batam pun menjadi tempat yang cocok untuk dinikmati estetikanya, sebagai salah satu spot berfoto.
Tidak hanya bagian luarnya yang unik, ketika pengunjung atau jamaah memasuki masjid ini pun akan dimanjakan dengan seni arsitektur interiornya. Terdapat kaligrafi Asma’ul Husna di sebelah utara dan selatan. Belum lagi mihrab dengan kaca patri sebagai pengisi jendela segi delapan yang pada sisi atasnya juga dihiasi kaligrafi Asma’ul Husna tersebut.
Ruangan tidak disangga dengan tiang sehingga menciptakan kesan lega pada ruangan. Mimbarnya juga memiliki bentuk dasar yang sama dengan masjid, memiliki tiga buah undakan dengan bentuk kerucut terbalik, yang terbuat dari kayu dengan ornamen tembaga. Belum lagi lampu gantung yang menghiasi interior masjid.
Untuk mendukung kegiatan islami, Masjid Agung Batam dibangun dengan kapasitas yang luas dan fasilitas yang cukup lengkap. Masjid yang memiliki luas keseluruhan sekitar 75.000 m2 dengan luas bangunan sebesar 5.430 m2 ini memiliki kapasitas yang mencapai 18.500 jamaah.
Kapasitas itu tentunya sangat cukup untuk dijadikan lokasi perayaan hari-hari besar umat muslim seperti salat Idulfitri dan Iduladha, pelaksanaan kurban, dan perayaan hari besar lainnya. Di area masjid, terdapat kios-kios busana muslim, obat-obatan herbal, buku-buku islami, dan sebagainya.
Masjid ini juga memiliki fasilitas parkir, perpustakaan, toilet dan tempat wudu, serta beberapa kantor seperti Kantor Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Makanan (LPPOM), Klinik As Syifa, Kantor Lembaga Amil Zakat Masjid Agung Batam, serta Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam.
Namun, ada wacana untuk merevitalisasi Masjid Agung Batam. Wacana tersebut telah ada sejak tahun 2019, tetapi tertunda karena pandemi. 70-80% bentuk bangunan pun akan dirombak, yang diyakini akan membuat masjid lebih nyaman serta memiliki tampilan yang lebih modern.
Namun, mengutip owntalk.co.id, Wali Kota Batam H. Muhammad Rudi, menyatakan bahwa masih dibutuhkan saran dari MUI untuk pembangunannya. Diharapkan proses revitalisasi tersebut tidak mengganggu jalannya proses ibadah di Masjid Agung Batam. Proyek pengerjaannya diperkirakan berakhir pada tahun 2024 mendatang dan membutuhkan dana kurang lebih sebesar 210 miliar. (lim)