JAKARTA (HK) — Dinamika elektabilitas tiga capres potensial terus dipaparkan lembaga-lembaga survei menjelang Pilpres 2024. Sayangnya, publik seakan tidak memiliki pilihan lain selain yang disodorkan lembaga-lembaga survei.
Pengamat politik, Ali Noer Zaman mengatakan, publik hampir tidak bisa menilai kualitas dari capres-capres yang akan berkontestasi. Apalagi, cuma tiga nama yang selama ini disodorkan oleh lembaga-lembaga survei.
Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Ganjar Pranowo yang diusung PDIP. Elektabilitas mereka kerap jadi sajian utama survei.
“Bisa juga itu benar seperti itu, karena apa, karena publik tidak punya pilihan lain,” kata Ali, Rabu (2/8/2023).
Dosen Politik UMJ itu melihat, sampai saat ini cuma tiga nama itu yang digaungkan lembaga-lembaga survei sebagai capres potensial untuk Pilpres 2024. Akibatnya, hasil survei-survei cuma membahas elektabilitas mereka.
Kadang, Ganjar Pranowo berada di atas, kadang Prabowo Subianto berada di atas dan sebagainya. Menurut Ali, publik sendiri tidak bisa melihat mana yang pasti mengingat survei dan kondisi politik selalu bersifat dinamis.
“Mungkin besok siapa lagi kita tidak tahu, survei selalu bersifat dinamis, satu bulan berubah, ada peristiwa politik apa lagi berubah lagi, masih sangat dinamis,” ujar Ali.
Terkait tiga nama itu saja, Ali merasa, ada kondisi yang dilematis. Sebab, dari kalangan menengah ke atas dan akademisi selalu menanti sebenarnya apa saja gagasan-gagasan mereka untuk Indonesia ke depan.
Sedangkan, masyarakat dari kalangan menengah ke bawah kerap merasa itu terlalu jauh dan akhirnya membuat mereka kembali tidak peduli. Banyak masyarakat, terutama di bawah, yang merasa itu cuma urusan elite negeri.
“Tapi, kita belum mendengar dari capres-capres itu sebenarnya programnya apa, walau sebenarnya itupun wajar saja karena dalam tradisi kita selama ini kita belum pernah berpikir tentang beradu argumentasi,” kata Ali.
Sumber: Republika