LINGGA (HK) — Gunung Daik di Kabupaten Lingga merupakan salah satu ikon wisata dari Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga. Gunung Daik semakin dikenal setelah masuk dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2018 dalam kategori dataran tinggi populer di Indonesia.
Kini, giliran Mapala Siginjai dari Universita Jambi menggelar acara “Ekspedisi Bunda Tanah Melayu II” bersama organisasi Perpetual Lingga. Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Kabupaten Lingga, terutama gunung Daik, yang merupakan destinasi baru bagi pemanjat tebing sebagai pariwisata minat khusus di Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga.
UKM Mapala Siginjai Unja sendiri merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam kegiatan olahraga petualangan alam bebas dan pelestarian lingkungan.
Kegiatan Ekspedisi BTM II yang berlangsung dari 5-19 Juli 2023 bertujuan untuk membuka jalur pemanjatan pada puncak gunung Daik, sehingga dapat memaksimalkan potensi gunung Daik yang dapat dipergunakan dengan baik dan benar.
“Kita benar – benar sampai pada puncak gunung Daik, dan ketinggian puncak gunung Daik sudah kita ukur, ” ujar Mauran sang Leader Guide. Diketahui tinggi puncak gunung Daik dulunya sekitar 1.165 mdpl, namun sekarang menjadi 1.198 mdpl.
Ketua Mapala Siginjai Unja, Aria Dwi Riski mengatakan, gunung Daik merupakan potensi besar terhadap Pariwisata Lingga. Tidak hanya karena sejarahnya yang kuat, alamnya pun terlihat sangat asri. Hal itu terbukti dengan keberadaan bunga anggkrek yang langka dan pohon – pohon besar yang masih berdiri kokoh.
“Kami, melalui kegiatan ini, semoga gunung Daik kedepannya lebih dikenal para pemanjat wisata tebing alam dengan keunikan dan mempunyai karakteristik berbeda dari tebing yang lainnya dan menjadi destinasi baru para pemanjat tebing khususnya dikepulauan riau,” tambah Aria.
Mapala Unja juga berharap para dinas terkait lebih memperhatikan gunung Daik sebagai destinasi pariwisata, dan jangan menyia-nyiakan potensi besar yang ada dari tempat wisata tersebut.
“Jangan hanya dikagumi, tapi juga dirawat dan disayang, agar tak jadi gunung yang malang,” tambahnya.