NATUNA (HK) – Kelangkaan untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, di Natuna sering terjadi belakangan ini. Kondisi ini terjadi, disinyalir karena faktor alam.
Begitu disamapaikan Kabag Ekonomi Setda Kabupaten Natuna, Wan Syazali di tempat kerjanya Senin (6/3/2023) melalui telepon.
Dikatakannya, pristiwa kelangkaan pertalite ini terjadi dibeberapa kecamatan yang berada di pulau-pulau. Peristiwa pertama telah terjadi di Pulau Serasan yang meliputi Kecamatan Serasan dan Kecamatan Serasan Timur, sejak beberapa waktu lalu.
“Namun saat ini, pertalite Serasan udah aman. Sekarang Midai lagi yang kosong pertalite,” kata Syazali.
Kekosongan BBM Pertalite di Pulau Midai, juga terdiri dari dua kecamatan. Yakni Kecamatan Midai dan Suwak Midai, dan sudah beberapa hari ini terjadi kelangkaan BBM jenis pertalite.
Menurutnya, kelangkaan BBM ini terjadi secara berulang – ulang, karena faktor distribusi yang tidak lancar, yang disebabkan kondisi cuaca buruk yang terjadi terus menerus.
Mengenai stok BBM diakuinya saat ini masih aman, dan ketersediaan transportasi tersedia untuk pengiriman BBM ke pulau-pulau. Pengiriman bahan bakar ke pulau sudah dilaksanakan menggunakan kapal Tol Laut.
“Kapal pengangkut BBM ke Midai sebenarnya sudah standbay di Pelabuhan Selat Lampa, tetapi karena adanya larangan berlayar dari Syahbandar, maka minyak belum bisa geser ke Midai,” paparnya.
Syazali mengaku belum mengetahui sampai kapan kelangkaan BBM Midai bisa diatasi, karena izin berlayar berada dikewenangan pihak Syahbandar.
“Nengok cuaca macam ini, sepertinya distribusi ke Midai masih belum bisa dilaksanakan segera. Tapi kita berharap, mudahan cuaca cepat normal,” ungkapnya.
Camat Midai, Erda mengakui kelangkaan ini sudah terjadi sejak seminggu yang lalu. Warga tak bisa menggunakan kendaraan untuk melaksanakan kegiatannya masing masing, karena tak ada BBM.
“Jadi untuk sementara kendaraan warga hahya terparkir di rumah, sambil nunggu kedatangan pertalite,” tutur Camat Erda.
Ia mengaku telah berkoordinasi dengan berbagi pihak terkait, cuma karena kapal pengangkut BBM tidak diizinkan belayar, maka tak ada upaya lain yang dapat dilaksanakan selain hanya menunggu.
“Di Midai cuaca lagi ekstrim, kapal tak boleh berlayar. Maka kita hanya bisa menunggu,” tutupnya. (fat)