BATAM (HK) — Lembaga survei telah merilis hasil awal penghitungan cepat yang menunjukkan bahwa Prabowo Subianto, mantan jenderal militer dan kandidat yang diunggulkan dalam pemilihan presiden Indonesia, memimpin dengan jauh atas pesaingnya, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Menurut survei, Prabowo dan pasangannya, Gibran Rakabuming Raka, diperkirakan memenangkan sekitar 60 persen suara nasional.
Dengan syarat mereka memperoleh lebih dari 50 persen suara pada hasil akhir, Prabowo dan Gibran akan memulai masa jabatan mereka pada bulan Oktober.
Meskipun hasil resmi belum diumumkan, masyarakat bersiap untuk menerima potensi pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai pengganti Presiden Joko Widodo, yang telah memimpin Indonesia selama dua periode.
Dalam kampanye mereka, Prabowo dan Gibran menekankan pentingnya meneruskan kebijakan Jokowi, menyoroti “kontinuitas” sebagai dasar bagi agenda politik mereka.
Pengaruh Jokowi diharapkan akan tetap terasa melalui peran Gibran sebagai wakil presiden.
Dalam posisinya itu, Gibran akan memiliki peran signifikan dalam pembuatan kebijakan, memastikan bahwa pemerintahan Prabowo tetap berada di jalur yang telah ditetapkan oleh Jokowi.
Prabowo berkomitmen untuk melanjutkan prioritas Jokowi, termasuk peningkatan manufaktur bernilai tambah, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan ibu kota baru, Nusantara.
Namun, janji-janji kampanye tertentu, seperti program makan siang gratis di sekolah, mungkin memerlukan tinjauan lebih lanjut karena potensi dampaknya terhadap anggaran negara.
Prabowo juga diharapkan akan memperkuat kerjasama ekonomi dengan Tiongkok, yang telah dibangun oleh Jokowi selama satu dekade terakhir, sambil tetap mempertahankan prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yang tidak berpihak pada blok tertentu.
Untuk menjamin stabilitas pemerintahan, Prabowo akan diharapkan untuk membangun koalisi yang kuat di parlemen, seperti yang dilakukan oleh Jokowi.
Namun, keberhasilannya dalam hal ini akan mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di parlemen.
Meskipun aliansi Prabowo-Jokowi menghadapi risiko potensial, seperti transaksi politik yang rentan terhadap perubahan, masyarakat Indonesia mengantisipasi masa depan pemerintahan Jokowi yang berkelanjutan di bawah kepemimpinan Prabowo. (dian)