MAKASSAR (HK) — Meski dibangun setelah Indonesia merdeka, Monumen Korban 40.000 Jiwa menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Sulawesi Selatan melawan penjajahan Belanda.
Prasasti peresmian mengungkapkan bahwa monumen ini didirikan untuk mengenang tragedi pembunuhan massal yang terjadi pada 11 Desember 1946 oleh pasukan Westerling.


Dengan bentuk peti mati yang dipikul oleh enam patung pria berpakaian tentara, monumen ini menjadi simbol perjuangan yang gigih.
Di tengah-tengahnya, tiang Bendera Merah Putih menjulang tinggi, mewakili semangat mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Relief di dinding sebelah kanan (selatan) keranda menggambarkan peristiwa tragis saat itu, dengan ayam jantan sebagai simbol kepahlawanan.
Latar belakang relief menampilkan laut bergelora dan perahu phinisi. Di sebelah kiri relief ayam jantan, kesan mencekam tergambar melalui sembilan mayat terkapar, mewakili para pejuang dan anggota TRIPS.
Monumen juga memperlihatkan 19 relief ibu berdiri sambil menggendong anak, menciptakan gambaran yang menyentuh tentang kehilangan.
Latar belakang monumen dihiasi dengan langit dan bukit “Butta Tianang,” sebagai simbol tempat pemakaman sebagian Kusuma Bangsa. mahjong ways 2
Berbagai elemen lain, seperti awan kelabu, matahari, burung merpati, ilustrasi rumah adat, pohon kepala, pohon areng, dan pohon kayu mati, turut memperkaya makna dan nilai-nilai sejarah di monumen ini.
Selain menghidupkan sejarah, monumen ini juga menandai sebaran agama Islam di Indonesia Timur, terutama melalui Jalan Datuk Ri Bandang yang berdampingan dengan monumen.
Informasi Praktis:
Lokasi: Jalan Korban 40.000 Jiwa, Wala-Walaya, La’latang, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Jam Operasional: Setiap hari, mulai pukul 06.00 hingga 17.30 Wita.
Tiket Masuk: Gratis.
Monumen Korban 40.000 Jiwa tidak hanya menjadi situs bersejarah, tetapi juga simbol keberanian dan semangat persatuan bangsa.
Sebagai destinasi wisata yang sarat makna, pengunjung dapat meresapi keindahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap elemen monumen.
Sumber: DetikSulsel