BINTAN (HK) – Traveloka dan yayasan CARE Indonesia meluncurkan program perlindungan mangrove dan pemberdayaan perempuan di Desa Berakit, Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Senin (9/12/2024).
Program ini bagian dari misi Traveloka dan CARE Indonesia untuk memproteksi ekosistem mangrove di Pulau Bintan, melalui pemberdayaan kelompok perempuan.
Peluncuran program ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) La Ode M Faisal, Kepala DKP Bintan Fachrimsyah, CEO Yayasan CARE Peduli Dr Abdul Wahib Situmorang, Caesar Indra perwakilan dari Traveloka, aparatur desa, dan perwakilan masyarakat desa.
Traveloka plat form perjalanan terdepan di Asia Tenggara berkolaborasi dengan Yayasan CARE Peduli (YCP/CARE Indonesia) melalui inisiatif Pahlawan Pohon untuk menanam 50.000 bibit mangrove di zona penyangga kawasan konservasi laut di Pulau Bintan. Kolaborasi ini juga menginisiasi pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) untuk mengelola beragam potensi ekonomi dari komoditas unggulan setempat.
Kegiatan yang akan dilakukan pada kawasan hutan mangrove seluas 14.000 hektare ini, bertujuan untuk mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060. Sesuai dengan visi pemerintah dalam menghijaukan lebih dari 12 juta hektare hutan yang terdegradasi secara bertahap. Demi terciptanya ekonomi hijau dan biru, ketahanan pangan, iklim dan ketangguhan masyarakat.
Caesar Indra President Traveloka menyampaikan, kolaborasi Traveloka dengan CARE Indonesia merupakan salah satu bentuk komitmen Traveloka di pariwisata berkelanjutan, melalui inisiatif Pahlawan Pohon, yang berfokus pada pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat lokal. Sebanyak 150.000 pohon mangrove yang telah dan akan ditanam di berbagai wilayah. Termasuk Kepulauan Seribu, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Pulau Bali, dan Bintan-Kepulauan Riau.
“Diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan dan perekonomian lokal,” imbuhnya.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepri La Ode M Faisal saat membuka kegiatan Kick Off Program Rehabilitasi Ekosistem Mangrove & dan Pemberdayaan Perempuan di Desa Berakit
menyambut baik kolaborasi Traveloka dan CARE Indoesia serta menekankan pentingnya perlindungan 14.000 hektare hutan mangrove yang tersebar di Pulau Bintan.
Hal ini untuk mendukung kawasan konservasi di Kabupaten Bintan bermanfaat secara baik.
“Kegiatan seperti ini sangat kita harapkan dimana penanaman mangrove yang melibatkan masyarakat. Tentu kita berharap keberhasilannya lebih terjamin. Karena jika tidak didukung oleh masyarakat bisa ada potensi pihak yang merusak. Dengan melibatkan masyarakat kami sangat mendukung dan harapannya kelompok perempuan dan masyarakat yang terlibat bisa menjalankannya dengan senang hati dan mendapat hasil yang baik,” katanya.
Dikatakan, pada kegiatan simbolis penanaman ini sebanyak 1000 bibit mangrove ditanam di Desa Berakit yang berada pada zona pemanfaatan Kawasan Konservasi TWP Timur Pulau Bintan kemudian secara bertahap sampai 50.000 pohon mangrove.
Kegiatan ini merupakan rangkaian dalam tahapan program dengan upaya pemulihan ekosistem mangrove dan peningkatan kepasitas masyarakat dengan melibatkan kelompok perempuan dan Pokmaswas di Desa Berakit.
CEO Yayasan CARE Indonesia Dr Abdul Wahib Situmorang menjelaskan lebih lanjut mengenai fokus dari program ini. Yaitu pelibatan komunitas setempat, khususnya kelompok perempuan yang disebut Women Mangrove Warrior.
Menurut Abdul Wahib, pemanfaatan dan perlindungan hutan mangrove sudah menjadi kearifan lokal yang dilakukan masyarakat setempat. Salah satunya oleh suku laut Kampung Panglong di Desa Berakit, yang memanfaatkan hasil laut berupa ikan dan kerang untuk dibuat menjadi berbagai produk olahan makanan.
“Kelompok perempuan tidak hanya dilibatkan aktif dalam upaya konservasi mangrove melalui pembibitan dan penanaman di program ini. Tetapi juga dalam penguatan ekonomi. Seperti literasi digital dan keuangan, serta pembuatan produk olahan dari mangrove yang memiliki nilai tambah,” jelasnya.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan terkait pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP), yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian finansial perempuan dan pembentukan komunitas.
“KUEP akan menjadi wadah bagi kelompok perempuan untuk mengumpulkan tabungan, mengakses pinjaman kecil, dan terlibat dalam pengambilan keputusan kolektif.
Melalui pelatihan kewirausahaan, kami berharap kelompok perempuan dapat meraih peluang ekonomi lebih luas di luar konservasi mangrove dan meningkatkan kemandirian finansial, serta dapat mendukung peningkatan ekonomi berbasis lingkungan yang berkelanjutan,” imbuhnya. (ssr/eza)