Menu

Mode Gelap
Pemkab Lingga Tetapkan Desa Kelumu Sebagai Kampung Reforma Agraria 2024 MAN 2 Batam Sabet Juara 3 di Turnamen Futsal Istana Sport Cup 2024 KUA Sekupang dan LAZ Batam Gelar Workshop dan Salurkan Bantuan untuk Pemberdayaan Ekonomi Wanita di Bintan Utara Nyaris jadi Korban Pemerkosaan Pria Tetangga DKP Kepri – Traveloka dan CARE Indonesia Proteksi Ekosistem Mangrove di Pulau Bintan Melalui Pemberdayaan Kelompok Perempuan BP Batam Raih Prestasi Sangat Baik, Indeks Perencanaan Pembangunan Nasional

OPINI

Bermata Tapi Tak Melihat

badge-check


					Penulis: Amrullah Suhairi Guru MTs USB Filial MTSN 1 Batam Perbesar

Penulis: Amrullah Suhairi Guru MTs USB Filial MTSN 1 Batam

BANYAK orang yang mempelajari Al-Qur’an, tetapi hanya sedikit sekali yang mampu menjadikannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Fakta ini tentunya menggugah hati kita untuk bertanya, kenapa terjadi hal yang demikian itu ?

Rasanya tidaklah berlebihan kalau kita ambil sebuah kesimpulan bahwa salah satu sebab dominan mengapa orang tidak dapat memanfaatkan Al-Qur’an adalah karena orang itu tidak dapat memasukkan ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam hati sanubarinya.

Ia hanya mampu memahami Al-Qur’an dengan otaknya, tetapi ia tidak mampu membuat Al-Qur’an menembus ke dalam jiwanya.

Oleh karena itulah tidak heran bila kita masih sering mendengar seorang pemuka agama yang berlaku zalim dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Demikian juga seringkali kita melihat orang yang hidupnya kacau, padahal ia tidak anti agama bahkan rajin mengikuti pengajian dan kegiatan-kegiatan agama.

Marilah kita mencoba mencari tahu mengapa orang dapat memahami Al-Qur’an, tetapi tidak mampu membuat Al-Qur’an itu menembus masuk ke dalam hati sanubarinya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ

Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa bagi mereka ada pahala yang sangat besar. (Q.S.Al-Isra’: 9)

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S.Al-Baqarah : 2)

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu, menghapus segala kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Allah memiliki karunia yang besar. (Q.S.Al-Anfal : 29)

Dari ayat –ayat diatas, dapat kita pahami bawa Al-Qur’an itu hanya bermanfaat bagi orang yang bertaqwa. Artinya, hanya orang yang bertaqwa sajalah yang dapat menjadikan Al-Qur’an itu sebagai pedoman hidup yang bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan.

Keadaan ini dapat diibaratkan dengan cahaya. Tentunya tidak ada yang dapat membantah bahwa cahaya itu sangat diperlukan oleh manusia.

Tetapi tidak semua manusia dapat memanfaatkan cahaya bagi kehidupannya. Hanya orang yang mampu melihat saja yang dapat memanfaatkan cahaya itu.

Sedangkan bagi orang buta ia hanya tahu bahwa cahaya itu membuat sesuatu menjadi indah, tetapi ia sendiri tidak dapat memanfaatkan cahaya itu dalam kehidupannya.

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita, bila kita sering melanggar aturan main dari Allah subhanahu wata’ala (sebagai lawannya sikap bertaqwa) maka kita tidak akan mungkin dapat mengambil manfaat dari Al-Qur’an secara optimal, kita hanya dapat memahami Al-Qur’an tetapi tidak dapat menancapkannya ke dalam hati sanubari kita.

Dan keadaan seperti inilah yang di ibaratkan kata pepatah “bermata tapi tak melihat”.

Inilah sebenarnya bahaya terbesar dari sikap yang melanggar setiap aturan main yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala.

كَلَّا بَلْ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Bahkan apa yang telah mereka kerjakan itu
menjadi karat bagi hati mereka sendiri (Q.S.Al-Muthaffifin : 14)

Mudah-mudahan di penghujung kehidupan kita, kita lebih mampu memahami makna dan hakikat dari kehidupan ini. Sebab, kalaulah kita hidup hanya untuk sekedar hidup, apa bedanya kita dengan binatang. Kalaulah hidup hanya untuk mengumpulkan harta, apa bedanya kita dengan Qarun. Kalaulah hidup hanya untuk berkuasa, apa bedanya kita dengan Fir’aun. Kalaulah hidup hanya untuk dikenal, bukankah Hitler dulu pernah terkenal.

Lalu untuk apa kita hidup..
Hidup adalah pengabdian hamba kepada Tuhan.
Hidup adalah upaya untuk memberi yang terbaik kepada insan.
Hidup adalah perjalanan menuju keabadian.
Hanya perjalanan, bukan keabadian.

“Semua orang mampu mempelajari Al-Qur’an,
tetapi tidak semua orang mampu memanfaatkan Al-Qur’an”.

 

 

Penulis: Amrullah Suhairi, Guru MTs USB Filial MTSN 1 Batam.

Baca Lainnya

MAN 2 Batam Sabet Juara 3 di Turnamen Futsal Istana Sport Cup 2024

11 Desember 2024 - 15:53 WIB

BP Batam Raih Prestasi Sangat Baik, Indeks Perencanaan Pembangunan Nasional

11 Desember 2024 - 14:21 WIB

Kepala BP Batam Optimistis Terminal 99 Mampu Perbaiki Kualitas Layanan Penumpang

11 Desember 2024 - 13:56 WIB

42 KK Tempati Rumah Baru Tanjung Banun

4 Desember 2024 - 11:41 WIB

Hadiri RDP Lanjutan, BP Batam Laporkan Pencapaian Kinerja dan Rencana Pengembangan Batam

4 Desember 2024 - 11:39 WIB

Trending di BATAM